SAMARINDA: Kasus kebocoran data pribadi semakin marak di era digital, mulai dari email, nomor telepon, hingga password, semua bisa jadi incaran para peretas.
Fenomena ini menimbulkan keresahan, apalagi ketika pengguna tiba-tiba menerima pesan mencurigakan atau akunnya seperti diakses orang lain tanpa izin.
Kabar baiknya, ada sejumlah cara mudah dan gratis untuk mengecek apakah data pribadi kita aman atau sudah tersebar di internet gelap (dark web).
Tiga situs berikut kerap direkomendasikan oleh pakar keamanan siber.
1. LeakCheck.io
Situs ini menghimpun database dari berbagai insiden kebocoran data di seluruh dunia. Pengguna cukup memasukkan alamat email atau nomor telepon, lalu sistem akan menampilkan apakah data tersebut pernah muncul dalam kasus kebocoran. Informasi yang diberikan juga menyebutkan sumber kebocoran.
2. ScatteredSecrets.com
Fokus utama situs ini adalah password. Dengan memasukkan kata sandi, pengguna bisa mengetahui apakah password tersebut sudah termasuk dalam daftar bocoran. Jika iya, pengguna disarankan segera menggantinya dengan kombinasi yang lebih kuat.
3. Have I Been Pwned (hibp.com)
Laman ini sudah lama jadi rujukan internasional. Cara kerjanya sederhana: cukup masukkan email, dan sistem akan menampilkan daftar layanan digital yang pernah mengalami kebocoran data terkait email tersebut.
Mengapa Harus Peduli?
Menurut Siti Rahmawati, analis kebijakan dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), banyak kasus kebocoran data berawal dari serangan phishing.
“Hampir semua phishing dimulai dengan penawaran yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan,” ujarnya dalam sosialisasi Security Awareness di Samarinda.
Phishing biasanya dikemas lewat tautan palsu, lampiran mencurigakan, atau pengirim yang tidak jelas, yang kemudian membuka celah pencurian data.
Risiko kebocoran data tidak berhenti di situ. Email yang diretas bisa menjadi pintu masuk untuk mengambil alih akun media sosial, hingga menyalahgunakan rekening bank korban.
Mengecek apakah data sudah bocor memang penting, tetapi pencegahan jauh lebih krusial. Para pakar menyarankan sejumlah langkah berikut:
-Gunakan password kuat minimal 12 karakter dengan kombinasi huruf, angka, dan simbol.
-Jangan gunakan satu password untuk semua akun.
-Aktifkan two-factor authentication (2FA) di aplikasi penting.
-Rutin mengganti password, terutama jika ada indikasi kebocoran.
-Unduh aplikasi hanya dari sumber resmi seperti Play Store atau App Store.
Fenomena kebocoran data ini sekaligus menjadi alarm pentingnya literasi digital. Tanpa kesadaran kolektif, masyarakat mudah terjebak dalam jebakan siber.
“Masyarakat harus semakin waspada dan kritis. Jangan asal klik tautan, apalagi jika terlihat mencurigakan,” tegas Siti.
Dengan langkah sederhana mengecek data, mengganti password, dan meningkatkan kewaspadaan kita bisa melindungi diri dari risiko besar kebocoran data pribadi.