

Samarinda – Gotong royong merupakan salah satu nilai dalam mengamalkan makna sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini menggambarkan suasana kekeluargaan dan sikap saling memberikan pertolongan kepada orang lain.
Anggota Komisi ll Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Samarinda Abdul Rofik mengakui cerminan sikap gotong royong masyarakat Indonesia perlahan mulai memudar.
Hal itu dilihat kondisi masyarakat saat ini memperlihatkan sikap individualisme. Pasalnya rasa saling menghormati, menghargai, dan kepedulian perlahan mulai hilang seiring dengan sedikitnya aktivitas interaksi komunikasi secara langsung dalam bermasyarakat.
“Ya, perlu kita aktifkan kembali budaya gotong royong masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di perkotaan seperti Samarinda. Melalui gotong royong juga dapat menciptakan rasa persatuan cinta tanah air,” tuturnya pada kegiatan Sosialisasi tentang Pembinaan Ideologi Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, Jalan Lai Kecamatan Samarinda Ulu, Selasa (29/11/2022).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga memengaruhi kehidupan sosial masyarakat. Dengan digitalisasi saat ini membuat masyarakat menjadi tidak terlalu mementingkan interaksi sosial secara langsung.
Akibatnya, menurut Abdul Rofik, masyarakat modern saat ini cenderung untuk melakukan aktivitasnya secara mandiri. Lebih lanjut juga menurunkan kepekaan sosial serta kepedulian masyarakat sebagai makhluk sosial.
Disampaikannya berkomunikasi dan berinteraksi secara digital atau tanpa saling bertemu memang sangat praktis dan efisien. Namun berinteraksi secara langsung juga penting untuk menciptakan kehidupan sosial yang sehat dan seimbang.
“Digitalisasi itu memang penting, tapi jangan sampai karena interaksi tanpa bertatap muka tersebut, menghilang kegiatan sosialisasi kita secara langsung. Seperti gotong royong ini kan sebagai karakter bangsa kita,” terang dia.