
SAMARINDA : Daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas ancaman, ketahanan nasional harus dibangun. Karena itu, dibutuhkan penanaman kesadaran bela negara sejak dini.

Hal ini dikatakan Ketua Komisi II, Nidya Listiyono saat menggelar sosialisasi Wawasan Kebangsaan ke -3 di Punakawan Jalan Wijaya Kusuma, Samarinda Ulu, Minggu (5/3/2023).
Politisi Partai Golkar itu menegaskan, sosialisasi tentang wawasan kebangsaan ini sudah di lakukan sejak dulu. Seperti tercantum dalam Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4).
“Saat ini generasi Z sedang distorsi atau penurunan, terhadap rasa memahami wawasan kebangsaan kita. Ini sangat memprihatinkan, karena itu pentingnya pemahaman yang harus ditanamkan sejak dini,” ungkap Nidya.
Ia menambahkan, generasi Z saat ini diuji tentang kurangnya pemahaman Pancasila, apalagi memahami tentang butir-butir Pancasila, kemudian juga ada UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika yang juga harus dipahami oleh generasi bangsa.
“Sosialisasi wawasan kebangsaan hari ini semoga menjadi penyadaran dan menanamkan rasa cinta tanah air terhadap bangsa dan negaranya,” harapnya.
Dikatakan, upaya menumbuhkan rasa kecintaan terhadap tanah air, sadar berbangsa dan bernegara setia kepada ideologi pancasila, rela berbangsa dan bernegara serta memiliki kemampuan dasar bela negara sedini mungkin dan dimulai dari diri sendiri.
Selain itu, DPRD Kaltim ini akan lebih masif mensosialisasikan wawasan kebangsaan. Ia berharap wawasan kebangsaan ini harus dihidupkan kembali karena ini merupakan salah satu pilar bahwa kecintaan terhadap negara harus dibangkitkan kembali.
“Supaya masyarakat kita memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara, maka sejak dini perlu ditanamkan wawasan kebangsaan dan bela negara dalam bingkai NKRI,” tegasnya.
Salah satu peserta dalam sosialisasi ini Safira Ramadhani, mengungkapkan, adanya perbedaan perspektif terhadap suatu teknologi, pada sisi lain baik sedangkan menurut orang lain tidak baik. Sebab adakalanya, teknologi informasi dipakai untuk memecah belah bangsa.
“Apa yang harus kita lakukan tentang perbedaan persepektif keuntungan dan kerugian teknologi,”tanya Safira mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
Nidya berpendapat perbedaan adalah suatu yang lumrah dan fitrah dari Tuhan. Ia mencontohkan, pemekaran suatu daerah belum tentu jelek. Bahkan bisa meningkatkan PAD itu sendiri.
“Sesuatu yang menurut kita jelek belum tentu jelek adanya. Intinya jangan mau diadu,” tandasnya.

 
		 
