

KUTIM: Dinas Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur (Kutim) Kalimantan Timur (Kaltim), memperkenalkan Aplikasi Stunting dalam upaya menangani masalah stunting di daerah Kutim.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala DPPKB Kutai Timur, Ronny Bonar mengungkapkan tantangan dalam mengumpulkan data terkait stunting dan keluarga beresiko stunting.
“Kita selalu susah menarik data terutama dalam penanganan masalah stunting. Data stunting itu yang taat mengeluarkan itu Dinkes melalui data Aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM), Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), atau Survei Kesehatan Indonesia (SKI),” ucapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (23/11/2023).
“Sedangkan di DPPKB itu mendata keluarga beresiko stunting mulai dari pendataan keluarga 2021 (PK21), PK22, dan PK23. Sedangkan untuk PK 23 baru akan di liris pada Desember mendatang,” tambahnya.
Ronny kemudian menjelaskan inisiatif baru yang diambil oleh DPPKB Kutai Timur untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Dari itulah makanya kami mencoba untuk mewujudkan hayalan bagaimana supaya data stunting itu bisa akurat, itulah awal timbulnya Aplikasi stunting,” ulasnya.
Aplikasi ini, menurut Ronny dirancang untuk membedakan antara anak-anak yang mengalami stunting dan yang beresiko stunting.
“Kita coba membuat pilot project sementara ini di Sangatta Utara, tepatnya di Desa Swarga Bara yang melibatkan 2 Posyandu, yaitu Posyandu Asoka dan Prodesa,” paparnya.
Aplikasi tersebut, hasil kolaborasi dengan SKILL ICT Solution dan didukung oleh dr. Mardjono, mantan Karo Perencanaan di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diharapkan menjadi terobosan signifikan dalam pencegahan stunting.
Keberadaan dr. Mardjono di dalam proyek ini diharapkan memberikan pengaruh positif dalam pengembangan aplikasi yang akan menjadi alat efektif dalam upaya pencegahan stunting di Kutai Timur.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa gunakan langsung di lapangan, kita data pada saat bulan timbang. Jadi intinya aplikasi ini tujuan untuk mengidentifikasi kebenaran anak tersebut itu stunting atau tidak stunting,” ucapnya.
Kegiatan peluncuran Aplikasi Stunting ini melibatkan Dinas Kesehatan, Diskominfo, Pemdes, Disdikbud, TPPS, Ketua Kampung Keluarga Berkualitas Swarga Bara, kepala desa Swarga Bara, dan 2 posyandu Asoka dan Prodesa.
Dengan inovasi ini, DPPKB Kutai Timur berharap dapat memberikan solusi dalam menanggulangi masalah stunting, membuka jalan bagi pendekatan yang lebih efektif dalam meningkatkan kesehatan generasi penerus. (*).
