JAKARTA : Dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga kebijakan lanjutan, Indonesia terus mencermati pergerakan nilai tukar rupiah, prospek inflasi dan dinamika kondisi ekonomi yang berkembang.
Untuk itu, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) melakukan koordinasi tahunan tentang rencana penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan operasi moneter tahun 2025.
Demikian edaran resmi dari Bank Indonesia yang diterima narasi.co, Sabtu 28 Desember 2024.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso mengatakan, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia telah melakukan koordinasi tahunan tentang rencana penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan operasi moneter tahun 2025.
Dijelaskan, ini merupakan koordinasi rutin yang dilakukan di tiap akhir tahun kalender dihadiri Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia.
Ini merupakan bagian penting dari sangat eratnya sinergi kebijakan fiskal dan moneter untuk saling memperkuat dalam menjaga stabilitas makroekonomi serta mendukung pertumbuhan ekonomi.
Bicara soal penerbitan SBN Ramdan mengatakan, sesuai Undang-Undang mengamanatkan, Pemerintah terlebih dahulu berkoordinasi dan berkonsultasi dengan Bank Indonesia dalam hal Pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
Konsultasi diperlukan, lanjutnya, agar penerbitan SBN oleh Pemerintah selaras dengan arah kebijakan dan rencana operasi moneter Bank Indonesia serta sesuai dengan prinsip kebijakan yang berhati-hati dan mempertimbangkan dinamika perkembangan ekonomi dan pasar keuangan domestik dan global.
Sinergi erat antara kebijakan fiskal dan moneter secara berkelanjutan, menurut Ramdan, sangat penting untuk tetap terjaganya stabilitas fiskal, stabilitas moneter khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah.
Juga Stabilitas Sistem Keuangan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Rencana operasi moneter tahun 2025 ini, dilakukan sesuai kesapakatan untuk menjaga kecukupan likuiditas secara terukur sesuai dengan arah kebijakan moneter tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhan likuiditas karena kenaikan uang primer dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Sejalan dengan rencana operasi moneter dimaksud, Bank Indonesia akan melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder pada tahun 2025.
Pembelian SBN dari pasar sekunder ini, telah memperhitungkan kebutuhan permintaan. Baik dalam bentuk uang kartal, rekening giro bank di Bank Indonesia maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang dipegang oleh penduduk bukan bank.
Dari sisi faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan likuiditas, jumlah pembelian SBN dari pasar sekunder oleh Bank Indonesia, juga mempertimbangkan perubahan likuiditas karena lalu lintas devisa dan operasi keuangan Pemerintah.
Kenaikan Kebijakan insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), operasi moneter rupiah dan valuta asing serta SBN milik Bank Indonesia yang akan jatuh tempo selama tahun 2025.
“Operasi moneter pro-market Bank Indonesia, juga akan terus dioptimalkan melalui instrumen moneter SRBI dengan menjadikan SBN sebagai underlying asset,” jelas Ramdan.(*)
