
SAMARINDA: Ketua DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Hasanuddin Mas’ud meluruskan kabar yang menyebutkan bukunya berjudul “Mengubah Nasib” wajib dibeli oleh pelajar di sekolah.
Ia menegaskan, buku tersebut adalah karya pribadi yang terbit pertama kali pada 2020, sebelum Armin menjabat Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kaltim, dan sama sekali tidak pernah diwajibkan untuk dibeli.
“Itu buku lama, cetakan pertamanya mungkin tahun 2020. Waktu itu Pak Armin sebelum jadi Plt Kadisdikbud, kami sempat ketemu. Saya kasih beliau satu buku, beliau baca, tertarik, lalu rencana mau perbanyak. Saya bilang silakan saja. Kalau kemudian ternyata banyak yang menganggap buku itu menginspirasi, ya itu menurut siapa. Tapi sebenarnya itu buku pribadi saya,” ujar Hasanuddin di sela rapat Badan Anggaran DPRD Kaltim, Kamis, 4 September 2025.
Menurut Hasanuddin, buku tersebut berisi perjalanan hidupnya, dengan pesan utama bahwa nasib seseorang hanya bisa diubah oleh dirinya sendiri, bukan oleh orang lain.
Pesan itu, katanya, sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surah Ar-Ra’d ayat 11: “Innallaha laa yugayyiru maa biqaumin hattaa yugayyiru maa bii anfusihim” (Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri).
“Poinnya begitu, bahwa nasib seseorang tidak bisa diubah orang lain, tetapi kita sendiri yang berusaha mengubahnya. Itu yang saya tulis di buku tersebut,” jelasnya.
Ia menambahkan, dirinya baru mengetahui dari pemberitaan media bahwa buku itu ada yang menyebut diperjualbelikan di sekolah-sekolah.
“Setelah itu saya disarankan untuk dijual, saya juga baru tahu dari media bahwa buku itu disuruh beli di sekolah. Saya tidak tahu, saya juga tidak dapat royalti. Jadi baru tahu dari teman-teman media kalau itu diperjualbelikan,” ungkapnya.
Hasanuddin mengaku tidak mempermasalahkan bila cetakan ulang buku tersebut dibagikan ke sekolah-sekolah, bahkan bila benar ada yang memperjualbelikan, ia menegaskan hal itu di luar kendalinya.
“Mungkin cetakan kedua itu dibagikan ke beberapa sekolah, bukan dijual. Kalau memang ternyata dijual, saya juga tidak tahu. Sampai hari ini saya belum pernah dapat royalti. Bisa jadi juga pencetakan kedua itu dibiayai sendiri oleh Pak Armin,” katanya sambil berkelakar.
Ia menegaskan, yang terpenting baginya adalah buku itu dibaca dan memberi manfaat, khususnya bagi anak-anak muda.
“Kalau memang menginspirasi anak-anak muda, saya malah bersyukur. Silakan dibaca. Tidak usah dipersoalkan soal royalti, dibaca saja sudah saya syukuri,” tutupnya.
Sebelumnya, buku “Mengubah Nasib” sempat menjadi perbincangan setelah beredar kabar siswa diwajibkan membeli.
Namun Plt Kadisdikbud Kaltim, Armin, menegaskan bahwa dirinya hanya merekomendasikan buku tersebut sebagai bacaan motivasi, bukan kebijakan formal dari dinas.
Ia mengaku hanya merekomendasikan sebagai bacaan motivasi pribadi, karena merasa terinspirasi setelah membaca habis buku tersebut.
“Saya hanya menyarankan buku itu sebagai bahan bacaan, sama halnya seperti menyarankan membaca buku motivasi lainnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, rekomendasi itu bukan kebijakan formal dinas, melainkan inisiatif pribadi semata. Menurutnya, isi buku tersebut memberikan nilai positif bagi generasi muda, terutama pelajar SMA/SMK yang tengah menata masa depan.