SAMARINDA: Diseminasi hasil survei indikator pendukung pembangunan manusia Kaltim menegaskan dua wajah berbeda, capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terus membaik, tetapi kesenjangan gender masih nyata.
Paparan ini disampaikan Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana pada forum “Diseminasi Hasil Survei Indikator Pendukung IPM, IPG, IDG, dan IKG” di Ruang Tepian 1, Kantor Gubernur Kaltim, Kamis, 18 September 2025.
Yusniar memaparkan, Mahakam Ulu mencatat pertumbuhan IPM tertinggi pada 2024 sebesar 1,10%, sementara yang terendah sekitar 0,60% di Berau.
“Secara tren lima tahun, IPM laki-laki dan perempuan sama-sama meningkat, dan pertumbuhan IPM perempuan (±1,05%) bergerak lebih cepat daripada laki-laki (±0,68%),” ujarnya.
Namun pada Indeks Pembangunan Gender (IPG), Kaltim masih tertinggal. IPG Kaltim 2024 tercatat 87,46 artinya capaian perempuan masih di bawah laki-laki, dan kesetaraan tergolong rendah. Yusniar mengingatkan, IPG harus dibaca bersama level IPM.
“Angka mendekati 100 bisa berarti setara di level tinggi, atau sama-sama setara di level rendah. Karena itu posisi IPM daerah tetap krusial saat menafsirkan IPG,” tuturnya.
Ia merinci, Balikpapan (±91,04) dan Samarinda (±91,01) menjadi yang tertinggi di Kaltim, tetapi masih masuk kategori kesetaraan menengah-rendah.
Ketimpangan paling mencolok terlihat pada dimensi standar hidup layak lewat pengeluaran per kapita, misalnya di Paser, perkiraan laki-laki ±Rp19,6 juta sedangkan perempuan ±Rp3,3 juta.
“Inilah yang paling ‘menarik turun’ IPG kita,” kata Yusniar.
Tekanan juga tampak pada Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). IDG Kaltim 2024 sebesar 61,41, turun 7,55 poin (-10,95%) dibanding 2023. Sumber pelemahan utama datang dari partisipasi politik: perempuan di parlemen hanya ±12,73%.
Sebaliknya, peran perempuan di level manajerial/profesional relatif mendekati setara, tetapi sumbangan pendapatan perempuan dalam pasar kerja masih tertinggal.
“Secara nasional, posisi Kaltim untuk IDG berada di kelompok bawah; ini PR besar,” tegasnya.
Untuk Indeks Ketimpangan Gender (IKG), BPS menekankan tiga dimensi yang dipantau: kesehatan reproduksi, pemberdayaan (pendidikan & politik), dan pasar tenaga kerja.
Tren Kaltim masih menunjukkan jurang peran ekonomi dan representasi politik perempuan yang perlu dikecilkan.
Dorong pendapatan dan produktivitas perempuan, UMKM, keterampilan, akses pasar da pembiayaan untuk mengecilkan gap standar hidup.
Perluas representasi perempuan di parlemen dan ruang pengambil keputusan.
Pastikan anak perempuan “stay longer” di pendidikan agar harapan sekolah yang tinggi berbanding lurus dengan rata-rata lama sekolah.
“Garis besarnya positif IPM naik dan IPM perempuan tumbuh lebih cepat. Tapi kesetaraan belum mengikutinya. Bila tren peningkatan kapabilitas perempuan ini dikonsistenkan dan diakselerasi, IPG akan bergerak mendekati 100 sekaligus naik di level IPM yang tinggi,” tutup Yusniar.