JAKARTA: Bank Mandiri menutup kuartal II-2025 dengan kinerja solid dan pertumbuhan berkelanjutan di berbagai lini bisnis.
Pencapaian ini mencerminkan optimisme perseroan sekaligus menegaskan komitmen untuk terus mengakselerasi transformasi, khususnya dalam memperkuat ekosistem sektor produktif berorientasi ekspor serta memperluas dukungan bagi sektor ritel dan UMKM.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, menjelaskan strategi tersebut sejalan dengan tema HUT ke-27 Bank Mandiri, “Sinergi Majukan Negeri.”
“Semangat ini mendorong perseroan untuk terus menghadirkan kontribusi nyata bagi pembangunan ekonomi nasional,” ujar Novita dalam keterangan resmi, Jumat, 19 September 2025.
Secara konsolidasi, Bank Mandiri berhasil membukukan total aset senilai Rp2.514,68 triliun pada akhir Juni 2025, tumbuh 11,4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh penyaluran kredit konsolidasi yang mencapai Rp1.701 triliun atau meningkat 11 persen yoy.
Angka ini melampaui rata-rata industri perbankan sebesar 7,03 persen pada periode yang sama, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Peningkatan kredit ini menunjukkan peran aktif Bank Mandiri dalam mendukung pembiayaan produktif di berbagai sektor strategis. Kami akan terus menjaga pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri,” tegas Novita.
Pertumbuhan kredit Bank Mandiri tercatat merata di seluruh wilayah Indonesia.
Sektor prospektif yang digarap meliputi konstruksi, infrastruktur, perdagangan, energi, makanan dan minuman, serta industri padat karya.
Bank Mandiri juga mendorong pertumbuhan inklusif melalui sinergi dengan pelaku usaha di berbagai sektor.
Hasilnya, segmen UMKM menunjukkan peningkatan signifikan dengan pertumbuhan kredit mikro produktif sebesar 12,6 persen yoy pada akhir kuartal II-2025.
“Realisasi ini memperkuat peran Bank Mandiri dalam mengoptimalkan ekonomi kerakyatan sekaligus mendorong penciptaan lapangan kerja,” tambah Novita.
Kinerja keuangan Bank Mandiri tetap diiringi prinsip kehati-hatian.
Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross tercatat 1,08 persen (bank only), lebih baik dibandingkan rata-rata industri sebesar 2,22 persen.
Sementara itu, rasio pencadangan (NPL Coverage Ratio) mencapai 273 persen, mencerminkan ketahanan finansial perseroan dalam mengantisipasi risiko.
“Komitmen kami adalah menjaga pertumbuhan kredit yang sehat dengan manajemen risiko disiplin sehingga profitabilitas terjaga secara konsisten,” ujar Novita.
Selain kredit, Bank Mandiri juga mencatat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang solid.
Hingga akhir Juni 2025, DPK konsolidasi mencapai Rp1.828 triliun atau tumbuh 10,7 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri.
Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan dana murah (Current Account Saving Account/CASA) yang mencapai 78,4 persen. Porsi CASA yang tinggi dinilai mampu memperkuat likuiditas sekaligus menjaga efisiensi biaya dana.
“Optimalisasi CASA menjadi strategi penting agar Bank Mandiri tetap menjadi main transactional bank bagi nasabah. Pendanaan yang efisien akan memperkuat struktur likuiditas dalam mendukung ekspansi kredit secara berkelanjutan,” pungkas Novita.

 
		 
