SAMARINDA: Revitalisasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bukit Pinang Samarinda telah mencapai sekitar 70 persen.
Proyek senilai Rp16 miliar ini ditargetkan rampung pada akhir 2025, dengan fokus utama pada penanganan gas metana serta perataan lahan bekas pembuangan sampah.

Ketua Komisi III DPRD Samarinda, Deni Hakim Anwar, bersama rombongan melakukan peninjauan lapangan, Senin, 29 September 2025.
Ia menyebut pekerjaan yang sedang berlangsung meliputi pemasangan 170 pipa penyalur gas metana dan proses contouring lahan seluas 10 hektare.
“TPA Bukit Pinang ini sudah beroperasi sejak 1995 dan resmi ditutup pada 2023. Revitalisasi yang berjalan sekarang diharapkan bisa mengubah kawasan ini menjadi ruang terbuka hijau atau area pedestrian,” ujarnya.
Menurut Deni, pekerjaan utama kini berfokus pada penanganan gas metana yang tekanannya belum memenuhi standar untuk pemanfaatan rumah tangga.
Ia mengingatkan kontraktor dan Dinas Pekerjaan Umum untuk menuntaskan proyek sesuai standar teknis agar hasilnya benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
DPRD juga menekankan efektivitas penggunaan anggaran, mengingat proyek ini diharapkan menjadi salah satu ikon baru Kota Samarinda.
Selain meninjau Bukit Pinang, Komisi III turut memantau progres pembangunan TPA Sambutan.
Zona I hampir penuh dengan timbunan sampah setinggi 20 meter, sementara Zona II baru mencapai 70 persen dan ditargetkan rampung Desember 2025.
Volume sampah Samarinda mencapai 480 ton per hari. Jika Zona II tidak selesai tepat waktu, risiko penumpukan akan semakin besar.
“Kontraktor harus menambah armada alat berat agar target bisa tercapai,” tegas Deni.
Ia juga menyoroti pentingnya pengelolaan modern, termasuk pemanfaatan maggot untuk mengolah limbah organik, sehingga kota tidak lagi bergantung pada metode pembuangan konvensional.
Rombongan Komisi III DPRD juga meninjau progres pembangunan kolam retensi Pampang yang dirancang untuk mengendalikan banjir di wilayah Sungai Siring dan sekitarnya.
Konsultan proyek, Iwan Sukendro, menyampaikan pekerjaan telah mencapai 38 persen, melampaui target 37 persen. Saat ini fokus pengerjaan adalah penggalian dengan kedalaman tiga meter dan luas lingkaran 1,5 hektare.
“Kolam retensi ini nantinya direncanakan memiliki kapasitas 2,1 juta meter kubik, meski tahap pertama baru sekitar 1,8 juta. Target selesai tetap Desember 2025, dengan tambahan satu unit alat amphibi untuk mempercepat pekerjaan,” jelas Iwan.
Komisi III berharap proyek-proyek strategis tersebut dapat diselesaikan tepat waktu, sehingga mampu menjawab persoalan pengelolaan sampah dan banjir yang selama ini menjadi keluhan warga Samarinda.