SAMARINDA: Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, resmi membuka kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Sekolah Rakyat Terintegrasi 58, SMA 16 Samarinda, Selasa, 30 September 2025.

Rudy menegaskan bahwa MPLS bukan sekadar rutinitas, melainkan momentum penting untuk mencetak generasi emas yang berkarakter, disiplin, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
“MPLS adalah kesempatan emas bagi anak-anak untuk mengenali lingkungan, membangun semangat belajar, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memperluas persaudaraan,” ucap Rudy.
Rudy mengingatkan bahwa pendidikan hanyalah salah satu faktor pendukung.
“Sekolah hanya menyumbang 17 persen untuk kesuksesan. Yang paling menentukan adalah mindset, cara kita bergaul, dan semangat untuk berjuang,” katanya.
Ia menekankan pentingnya disiplin dan kemandirian, terutama bagi siswa boarding school.
Rudy juga berbagi kisah hidupnya yang harus mandiri sejak SMP karena orang tuanya meninggal.
“Kesuksesan tidak ditentukan oleh tempat atau guru saja, tetapi oleh diri sendiri. Hidup ini perjuangan, jangan pernah berhenti untuk berjuang,” tambahnya.
Rudy mendorong siswa bercita-cita tinggi sejak dini, mulai dari menjadi presiden, gubernur, hingga aparat TNI-Polri.
Menurutnya, sekolah unggul tidak ada gunanya jika tidak melahirkan individu yang unggul.
Pendidikan adalah pondasi utama untuk memutus rantai kemiskinan dan kebodohan.
Sekolah Rakyat ini adalah langkah nyata untuk menghadirkan kesempatan yang setara bagi seluruh anak di Kaltim,” ujarnya.
Kepala Dinas Sosial Kaltim, Andi Muhammad Ishak, menjelaskan MPLS di Sekolah Rakyat Terintegrasi akan berlangsung selama dua minggu, dilanjutkan dengan masa matrikulasi selama tiga bulan.
“MPLS dimaksudkan agar siswa cepat beradaptasi dengan lingkungan dan aturan sekolah. Setelah itu ada matrikulasi, di mana siswa tidak langsung belajar penuh, tetapi dikondisikan sesuai jenjangnya,” ujar Andi.
Siswa Sekolah Rakyat berasal dari 10 kabupaten/kota se-Kaltim. Untuk SMA, seluruhnya siswa baru lulusan SMP, sedangkan SD merekrut anak-anak putus sekolah dari berbagai jenjang, mulai kelas 2 hingga kelas 6.
Hingga tahun ajaran baru ini, jumlah siswa mencapai 46 orang, terdiri atas 25 siswa SMA dan 21 siswa SD.
Meski masih kurang untuk memenuhi kuota ideal satu kelas penuh di jenjang SD, sekolah ini akan terus dikembangkan.

 
		 
