SAMARINDA: Penempatan sistem rudal balistik KHAN buatan Turki di Batalion Artileri Medan 18, Tenggarong, Kalimantan Timur, lebih dari sekadar penambahan alat utama sistem persenjataan baru bagi TNI Angkatan Darat.
Langkah ini memperlihatkan perubahan mendasar arah doktrin pertahanan Indonesia yang kini bergerak menuju konsep postur pertahanan cerdas atau smart defense posture.
Pangdam VI Mulawarman, Mayor Jenderal TNI Rudy Rachmat Nugraha, menyatakan bahwa pengamanan Ibu Kota Nusantara (IKN) maupun wilayah Kalimantan tak lagi dapat bergantung pada kekuatan statis yang mudah ditebak lawan.
“Sebaliknya, pertahanan kini bertumpu pada jaringan sistem yang bergerak, akurat, dan sulit dilumpuhkan,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com, Sabtu, 4 Oktober 2025.
Rudy menegaskan, keberadaan KHAN di Tenggarong bukan semata-mata penempatan rudal, melainkan penyatuan alutsista itu ke dalam rantai komando-tembak yang terintegrasi dengan sistem intelijen serta pertahanan udara.
“Penempatan KHAN adalah elemen dari smart defense posture kita, bukan sekadar menaruh senjata, tetapi mengintegrasikannya ke dalam sistem komando-tembak, intelijen, atau Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (ISR), dan sistem pertahanan udara,” kata Rudy.
Konsep baru ini menekankan kecepatan reaksi dan koordinasi antarunit.
Apabila sistem deteksi dini—mulai radar hingga drone pengintai, menemukan ancaman dari laut maupun udara, informasi segera dikirim ke pusat komando.
Data itu kemudian memicu peluncuran KHAN dari lokasi tersembunyi.
Dengan mekanisme tersebut, pertahanan Indonesia tidak lagi terjebak dalam kerentanan model statis yang rawan dihancurkan serangan balasan.
Dari sisi teknis, KHAN dipilih karena memenuhi kebutuhan medan yang luas seperti Kalimantan.
Rudal ini mampu menjangkau sasaran hingga 280 kilometer, termasuk kawasan maritim dan pulau-pulau di sekitar IKN.
Daya gentar yang ditimbulkan tak hanya menjaga pusat pemerintahan baru, tetapi juga melindungi infrastruktur vital di sekitarnya.
Rudal KHAN memiliki sistem navigasi gabungan INS, GPS, dan GLONASS yang menghasilkan akurasi tinggi dengan Circular Error Probable hanya sepuluh meter.
Akurasi ini memungkinkan serangan tepat sasaran terhadap obyek bernilai strategis seperti pusat komando, radar, atau gudang logistik musuh, sekaligus meminimalkan risiko kerusakan di luar target.
Mobilitas sistem ini juga menjadi faktor penentu.
Peluncur KHAN dipasang pada kendaraan roda delapan Tatra, sehingga dapat berpindah posisi segera setelah menembakkan rudal.
Taktik shoot-and-scoot ini memastikan sistem sulit dilacak, sekaligus meningkatkan kemampuan bertahan dari serangan balasan.
Pada fase terminal, KHAN bahkan mampu bermanuver sehingga lebih sulit dicegat lawan.
Dengan hulu ledak seberat sekitar 470 kilogram, rudal ini mampu menghancurkan bunker maupun sistem pertahanan udara lawan.
Mengenai jumlah dan titik penempatan, Pangdam VI menyebut rincian itu sebagai informasi terbatas.
Namun, ia memastikan rudal yang kini berada di Yonarmed 18 Raipur A merupakan batch awal.
Penempatan berikutnya akan mengedepankan strategi distributed deployment atau penyebaran tersebar, bukan terkonsentrasi pada satu titik.
Strategi itu, menurutnya, penting agar sistem pertahanan tidak lumpuh sekaligus jika terjadi serangan musuh.
Dengan karakter medan Kalimantan yang luas dan berhutan, mobilitas serta jangkauan KHAN menjadikannya sesuai dengan strategi penyebaran ini.
Kehadiran rudal tersebut, ujar Rudy, adalah bentuk komitmen Kodam VI Mulawarman untuk menjaga profesionalisme serta kepercayaan rakyat terhadap TNI.
Lewat penerapan smart defense posture dan adopsi teknologi KHAN, TNI Angkatan Darat berupaya menunjukkan kesiapan melindungi IKN sekaligus mengirim pesan bahwa kedaulatan Indonesia di Kalimantan dijaga dengan sistem pertahanan modern, adaptif, dan sulit ditundukkan.

 
		 
