SAMARINDA: Wali Kota Samarinda Andi Harun memimpin Groundbreaking Ruang Terbuka Publik Embracing the Sun Project di Kawasan Pasar Segiri, Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim), Kamis (2/5/2024).
Embracing teh Sun Project ini merupakan kerjasama antara Pemkot Samarinda dengan Kemitraan, adaptation fund, Center for Climate and Urban Resilience (CeCUR) University of 17 Agustus Surabaya dan Queensland University of technology (QUT).
Ruang publik ini di desain berketahanan iklim, tidak hanya berkaitan dengan mitigasi bencana, seperti berkumpulnya warga saat banjir, tetapi juga bagian dari stategi adaptasi perubahan iklim itu sendiri.
Pada kesempatan ini, Andi Harun menjelaskan kemajuan pembangunan daerah harus berpusat pada manusia bukan berpusat pada sarana fasilitas kota yang selama ini menjadi center dari semua perencanaan desain tata kota sejak dahulu.
Demikian juga faktor sosiologisnya harus berupaya menemukan solusi atas semua desain arsitektur masa depan agar penduduk tetap hidup di lingkungannya tanpa isolasi.
“Kita bangga di Samarinda bisa hadir projek yang berbasis partipasi masyarakat,” ucapnya.
“Kita juga senang melihat masyarakat bisa turut serta merencakan proyek ini. Ini adalah karya warga semua yang terlibat,” sambungnya.
Andi Harun juga mengakui tantangan yang dihadapi terutama pada beberapa kawasan perbukitan di Samarinda terkait dengan topografi dan kontur tanah yang berisiko bagi keselamatan warga.
Kawasan beberapa perbukitan di Samarinda yang dilematis di satu sisi kami sadar betul bahwa topografi dan kontur tanah dalam jangka panjang bahaya bagi warga.
Tetapi menurutnya di sisi lain tidak mudah bagi pemerintah untuk memisahkan kehidupan warga di lingkungan yang sudah beberapa puluh tahun ditempati.
“Ini tantangan buat kita, bagaimana menemukan desain di masa depan agar warga bisa terhindar dari potensi longsor dan ancaman lingkungan lainnya sambil mempertahankan kehidupan warga,” ujarnya.
Lebih lanjut, politisi Partai Gerindra itu menggarisbawahi pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proyek ini.
“Manusia adalah basis dari perencanaan kegiatan infrastruktur masa depan. Itu sebabnya dari awal pihak CeCUR Universitas 17 Agustus Surabaya dan semua stekholder merencanakan kegiatan ini berbasis pelibatan partisipasi masyarakat,” imbuhnya.
Ia menambahkan, jika kegiatan infrastruktur didesain berbasis pelibatan masyarakat dan berniat pada tujuan kebermanfaatan lebih besar pasti daerah tersebut tidak akan lama mencapai kesejahteraan..
“Kita berharap pembangunan ini nantinya bermanfaat bagi masyarakat dan bisa menjadi pilot project bagi semua, tidak hanya di Samarinda tetapi di daerah lainnya juga,” harapnya.
Terkahir ia mengajak seluruh pimpinan daerah se-Indonesia untuk lebih fokus pada ancaman lingkungan yang dihadapi dibanding hiruk pikuk politik di tanah air.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Kemitraan Laode Syarif menuturkan ruang publik ini akan menggunakan penerangan dari tenaga angin (turbin) bukan tenaga matahari.
“Proyek ini banyak tantangannya karena ini di pinggir sungai dan dekat dengan area pasar jadi untuk kebersihannya harus diperhatikan,” ucapnya saat diwawancara usai groundbreaking.
Ia berharap proyek ini tidak hanya memberikan manfaat lokal tetapi juga menjadi model inspiratif bagi daerah lain dalam mengembangkan kota yang berkelanjutan dan berorientasi pada kepentingan manusia.
Laode juga berharap agar proyek ini tidak hanya menghasilkan infrastruktur yang memadai tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
“Tempat ini diharapkan dapat diakses dengan nyaman bagi semua, termasuk kelompok rentan seperti difabel, lansia, ibu hamil dan lainnya,” ujarnya.
Maka itu, ruang publik ini diharapkan menjadi pusat kegiatan bagi berbagai komunitas di Samarinda, di mana ide-ide kreatif dapat bertemu dan berkembang untuk tujuan bersama.(*)