
SAMARINDA: Cuaca ekstrem yang melanda Balikpapan dalam beberapa pekan terakhir mendorong perhatian serius dari Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur, Sigit Wibowo, untuk mengantisipasi banjir dan dampak buruk lainnya.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini menilai perlu ada langkah konkret, baik jangka pendek maupun jangka panjang, dari Pemkot Balikpapan dalam menata sistem drainase dan saluran air ke laut.
Sigit menyoroti banyak titik rawan banjir yang masih terjadi, khususnya di kawasan MT Haryono, Gunung Samarinda, hingga daerah Mekarsari, tempat kediaman orang tuanya berada. Ia juga menyinggung insiden terseretnya mobil pickup di kawasan laut Batakan, yang menurutnya menjadi alarm serius atas buruknya daya tampung air saat hujan deras.
“Daerah MT Haryono masih banjir. Saluran menuju laut harus diperbesar. Di Gunung Samarinda, dekat terminal, juga masih bermasalah. Bahkan di rumah orang tua saya, di dekat Masjid Al-Islamiah, gorong-gorongnya sudah menyempit,” ujar Sigit saat diwawancarai, Senin 30 Juni 2024
Sigit menyebut, saat reses ke kawasan Manggar, masyarakat mengusulkan pembangunan sodetan air langsung ke laut. Namun hingga kini belum terealisasi karena belum ada saluran utama yang mengalir langsung ke laut. Ia berharap usulan warga ini bisa segera dianggarkan melalui Pemkot Balikpapan.
“Sekarang ini belum ada sodetan yang langsung ke laut. Padahal ini penting untuk mengurangi genangan saat curah hujan tinggi,” tambahnya.
Ia juga mengusulkan pembangunan drainase kotak besar seperti di negara-negara maju, termasuk kanal tertutup bawah tanah yang mampu menampung luapan air hujan dengan efisien.
Lebih lanjut, Sigit meminta Pemkot Balikpapan untuk segera menyiapkan langkah cepat dengan berkoordinasi bersama BMKG agar bisa menginformasikan peringatan dini kepada warga.
“BMKG pasti menginformasikan cuaca ekstrem, tinggal pemerintah dan masyarakat menyiapkan langkah antisipasi,” ujarnya.
Selain infrastruktur, edukasi warga soal pengelolaan sampah rumah tangga juga dinilai penting. Menurutnya, perilaku membuang sampah sembarangan masih menjadi salah satu penyebab utama banjir.
“Penanganan terhadap sampah harus maksimal. Termasuk edukasi agar sampah rumah tangga tidak dibuang sembarangan,” tegasnya.
Sigit juga menekankan perlunya evaluasi tata ruang di Balikpapan, mengingat maraknya pembukaan lahan perumahan di daerah resapan air.
“Eksploitasi lahan di Balikpapan bukan tambang, tapi perumahan. Ini juga perlu dievaluasi, supaya sesuai dengan RTRW,” ungkapnya.
Ia mengapresiasi beberapa kemajuan yang sudah ada, termasuk program bank sampah dan penataan kawasan pemukiman, yang dinilai cukup baik di sejumlah kampung kota. Namun pembenahan harus terus dilanjutkan agar sistem drainase bisa mengimbangi perkembangan wilayah.
“Di pinggiran Balikpapan, seperti BSB, setelah ada saluran ke laut, banjir mulai berkurang. Itu program Pemprov yang bisa dilanjutkan,” pungkasnya.