SAMARINDA : Pada Minggu tanggal 26 Januari 2025, curah hujan di Kota Samarinda Kalimantan Timur (Kaltim) mencapai 140 mm.
Hal ini menjadi perhatian serius bagi seluruh perangkat pemerintahan di Kota Samarinda.
Titik paling rawan saat ini berada di Bengkuring dan Griya Mukti, lokasi tersebut dengan curah hujan tinggi mengalami air yang meluap sangat besar.
Untuk efektivitas, Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan Timur menyampaikan pemaparan terkait program penanganan banjir.
“Yang pertama adalah pembangunan atau perbaikan tanggul di wilayah Karang Mumus yang masih membutuhkan penyelesaian lebih lanjut,” ujar perwakilan BWS, Yosi Andi beberapa waktu lalu.
Selanjutnya persoalan pengangkatan sedimen serta pemeliharaan saluran sungai yang memerlukan kolaborasi, baik dari segi teknis maupun pembiayaan.
Dilanjutkannya penyelesaian berbagai kendala sosial, seperti kemungkinan penggantian jembatan yang sudah tidak mampu menampung volume air secara ideal.
“Termasuk permasalahan pemukiman di atas sungai yang menghambat aliran air,” terangnya.
Yosi Andi menambahkan bahwa, salah satu penyebab utama banjir di Samarinda beberapa hari lalu, yang masih berlangsung hingga kini, adalah curah hujan yang cukup tinggi.
“Dari pencatatan kami, curah hujan mencapai 140 mm dalam satu hari di Pampang dan sekitarnya, yang berdampak pada kenaikan tinggi muka air di Bendungan Lempake,” ujarnya.
Oleh karena itu, pihaknya melakukan pemantauan selama 24 jam, dan debit air di bendungan tersebut sempat mencapai elevasi 8,15 meter, setara dengan debit 65–70 meter kubik per detik yang mengalir ke hilir melalui Sungai Karang Mumus.
“Kami terus melakukan pemantauan terhadap tinggi muka air dan akan menampilkan data lebih lanjut dalam slide berikutnya,” tutupnya.(*)
