Tidak semua orang memiliki kesadaran dan kepedulian akan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Bukan sedikit orang yang setelah sukses menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi kemudian memilih untuk berkarier mengejar cita-cita, membuka usaha atau bekerja di perusahaan tempatnya melamar.
Hal itu tidaklah salah. Semua bebas menentukan jalan hidupnya.
Selayaknya Kadek Dristiana Dwivayani, dirinya lebih memilih mengabdi demi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui perannya sebagai dosen.
Dari namanya, sudah jelas ia bersuku Bali.
Namun, wanita yang memiliki panggilan masa kecil Dekni ini merupakan putri asli Benua Etam.
Ia lahir di Balikpapan pada 4 Maret 1988.
Kadek mengenyam pendidikan S1 di Universitas Kristen Petra Surabaya, Jurusan Ilmu Komunikasi pada tahun 2005 dan mendapatkan gelar Sarjana pada tahun 2009.
Tak merasa puas di tingkat Strata 1, di tahun 2010 ia melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Airlangga, Jurusan Media dan Komunikasi dan lulus di tahun 2012.
Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 2013 ia memantapkan diri dan menikah.
Dirinya menikah di usia 25 tahun yang terbilang cukup muda.
Tak langsung menjadi dosen. Ibu dengan satu anak yang memiliki hobi memasak, membaca buku dan travelling ini berlatar Ilmu Komunikasi.
Banyak sekali raihan prestasi dengan dampak positif yang ia dapatkan.
Trainer Media Relation, Trainer Penulis Naskah Siaran Program Televisi, Trainer Digital Public Relations, Trainer Analis Kota Cerdas (Smart City), Trainer Social Media Analysis, Fasilitator Literasi Digital Tular Nalar, Anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), Certified Profesional Public Speaking, Certified Digital Marketing, Certified Pengelola Jurnal Ilmiah.
Semua prestasi itu tentu tidak mudah dan tak semua bisa mendapatkannya. Anak ke-2 dari 2 bersaudara ini sangat mahir dalam bidang corporate relations atau kehumasan.
Sebelum memilih jalan menjadi dosen, Kadek bekerja sebagai humas di RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS).
Pada tahun 2016, ia mulai menjadi dosen namun statusnya masih dosen LB (luar biasa).
Hanya mengajar sebatas mata kuliah yang diampu karena pada saat itu dirinya masih menjadi pegawai tetap humas RSUD AWS.
Dua tahun kemudian yakni 2018 barulah wanita dengan motto “Because Your Future Is Created by What You Do Today, Nor Tomorrow” ini menjadi dosen tetap di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda dan sudah berhenti menjadi humas RSUD AWS.
Ia mengaku memilih menjadi dosen karena adanya keinginan untuk mengabdikan ilmu yang telah dimiliki.
Awalnya, Kadek sama sekali tidak berencana dan tak pernah terbayangkan untuk menjadi seorang dosen karena memang sebelumnya ia bekerja di bidang kehumasan.
Keinginan mulia Kadek ternyata tak hanya muncul dari dirinya.
Ada peran orang tua yang mendukung. Ayahnya merupakan seorang Widyaiswara di Balai Pelatihan Kesehatan sekaligus seorang dosen sehingga sosok itulah yang menjadi inspirasinya.
Kadek mengatakan ayahnya juga pernah menyampaikan bahwa belajar itu tidak berhenti sampai setelah dinyatakan lulus atau setelah wisuda karena pembelajaran itu sepanjang hayat.
Hal ini kemudian semakin memotivasi dirinya menjadi seorang dosen.
Saat masih menjadi dosen LB, Kadek merasa ada sesuatu yang nyaman dan senang berbagi dengan para mahasiswa atau anak-anak muda yang memiliki pemikiran kritis.
“Saya juga banyak belajar dari mereka. Jadi bukan hanya saya mengajarkan, tetapi dari mahasiswa saya juga banyak belajar hal-hal baru gitu,” tuturnya.
Menurutnya, menjadi dosen bukan sekadar pilihan profesi.
Itu seperti komitmen jangka panjang untuk mencerdaskan para generasi muda, khususnya di Kalimantan Timur.
“Karena sebelumya saya kuliah di Surabaya, kemudian sempat bekerja di Jakarta dan akhirnya saya kembali ke Samarinda, Kaltim. Sehingga dengan begitu pengembangan ilmu pengetahuan dan bisa berkontribusi pada masyarakat di sini,” ucapnya.
Hingga saat ini pun, Kadek masih mengenyam pendidikan doctoral (S3).
Ia menjadi mahasiswa baru di Universitas Hasanuddin, Jurusan Ilmu Komunikasi.
Kecintaan dan keinginannya, khususnya di bidang Ilmu Komunikasi ini patut dicontoh bagi siapapun.
Semangat Kadek untuk membangun generasi cerdas ini sangat layak diapresiasi.
