
SAMARINDA: Isu Pemangkasan impor batu bara dari Indonesia oleh China dan India menjadi perhatian nasional.
Dua negara besar itu mulai beralih ke negara lain yang menawarkan batu bara dengan nilai kalori lebih tinggi.
Namun, menurut Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Guntur, hal tersebut tidak akan memberi dampak langsung terhadap perekonomian di Benua Etam.
“Tidak lah. Batu bara itu bukan hak Kaltim. Tidak ada imbas kepada kita,” kata Guntur, legislator dari Dapil Kutai Kartanegara saat diwawancarai, Rabu, 9 Juli 2025.
Ia menjelaskan, satu-satunya dampak yang mungkin dirasakan daerah hanyalah dari sisi Dana Bagi Hasil (DBH), yang ditentukan oleh kebijakan pemerintah pusat.
“Imbas ke kita itu cuma di DBH saja. Yang menyentuh ke kita langsung hanya dari sektor pajak alat berat,” ujarnya.
Guntur menegaskan Komisi II DPRD Kaltim saat ini sedang fokus untuk menggali potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui penerimaan dari pajak alat berat.
Ia menyebut bahwa hingga kini, penerimaan dari sektor tersebut masih tergolong kecil, padahal Kaltim memiliki ratusan perusahaan yang beroperasi di sektor pertambangan.
“Kita lagi gencar mendata sedetail mungkin semua perusahaan. Sementara ini penerimaan pajak alat berat itu kecil. Harapan kita bisa meningkat,” katanya.
“Bayangkan saja, Kaltim ada sekitar 800 perusahaan. Nggak usah semua, kalau 5 alat berat dikali 800 saja sudah berapa,” tambahnya.
Terkait kemungkinan dampak pemangkasan impor terhadap tenaga kerja di perusahaan tambang di Kaltim, Guntur mengaku belum melihat indikasi signifikan. Ia berharap tidak ada pengurangan tenaga kerja atau pekerja yang dirumahkan akibat perubahan pasar ekspor batu bara tersebut.
“Kita berharap imbas negatifnya tidak terjadi. Khususnya bagi tenaga kerja. Jangan sampai ada yang dirumahkan karena kondisi pasar,” ungkapnya.
Guntur optimistis bahwa kebutuhan domestik akan batu bara tetap tinggi, terutama karena penggunaan energi di sektor kelistrikan juga mulai mengandalkan sumber daya tersebut.
“Kita juga banyak menggunakan batu bara untuk PLTU. Sekarang sudah banyak yang tidak pakai diesel, tapi beralih ke gas dari batu bara,” tuturnya.
Meskipun dinamika ekspor batu bara terjadi di tingkat global, menurutnya Kaltim tetap memiliki peluang untuk menjaga stabilitas perekonomiannya lewat penguatan penerimaan pajak dan optimalisasi sumber daya lokal.