SAMARINDA : Penulis ternama Dewi Lestari, yang akrab disapa Dee, tampil sebagai narasumber dalam talkshow literasi di Samarinda pada Senin (14/10/2024).
Acara ini merupakan bagian dari gebyar literasi yang digelar untuk memperkuat ekosistem literasi di Kalimantan Timur (Kaltim) Dee mengungkapkan pentingnya keseimbangan antara membaca dan menulis dalam memajukan literasi.
“Saya selalu mengatakan bahwa membaca dan menulis seperti proses bernafas. Kita menghirup inspirasi melalui membaca dan menghembuskannya lewat menulis,” ungkap Dee.
Ia juga menambahkan, keterampilan menulis dan membaca harus dilatih secara konsisten dan berkesinambungan.
Terakhir kali Dewi Lestari mengunjungi Kalimantan Timur adalah pada tahun 2009. Kehadirannya kali ini memberikan energi baru bagi para peserta talkshow, terutama dalam menghidupkan semangat literasi lokal.
Dalam sesi diskusi, Dee juga menyinggung tentang pentingnya mengenali kekayaan lokal sebagai sumber inspirasi karya tulis.
“Saya percaya, segala sesuatu di sekitar kita bisa menjadi cerita. Kalimantan punya banyak harta karun berupa cerita lokal yang bisa diangkat ke panggung nasional bahkan dunia,” ujarnya.
Pada kesempatan ini, moderator talkshow, Darma, menyinggung minimnya pendidikan karakter.
Menanggapi hal ini, Dewi Lestari menyatakan bahwa literasi juga berperan penting dalam membentuk karakter daerah.
Kalimantan, menurutnya, tidak kekurangan nilai-nilai lokal yang bisa diangkat untuk memperkuat identitas dan kebanggaan daerah.
“Kita bisa belajar dari kearifan lokal untuk mengenali diri kita sendiri dan menggali potensi yang ada di sekitar kita,” tambah Dee.
Di akhir sesi, Dee memberikan dorongan semangat bagi para penulis di Kalimantan. Ia berharap program-program literasi dapat terus berlanjut dan menginspirasi penulis-penulis lokal untuk terus berkarya.
Dewi Lestari juga menekankan bahwa inspirasi tidak harus dicari jauh-jauh. “Inspirasi ada di sekitar kita, hanya tinggal bagaimana kita peka dan mendengarnya,” jelasnya sembari memberikan contoh karya spontan yang terinspirasi dari boneka biru yang ia pegang selama acara.
“Karya-karya yang lahir dari kepekaan seperti ini akan mampu menciptakan koneksi antara penulis dan pembaca, seperti yang saya terapkan dalam buku saya ‘Filosofi Kopi’,” Pungkasnya.(*)