SAMARINDA: Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur menargetkan 5.000 hingga 10.000 pengunjung dalam perhelatan East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025 yang akan digelar di Samarinda 25-29 Juli.
Sebanyak lima delegasi negara yakni Polandia, Korea Selatan, Rusia, India, dan Rumania dipastikan hadir dalam agenda seni budaya internasional yang kedua kalinya ini.
Kepala Dispar Kaltim, Ririn Sari Dewi, menyebutkan bahwa persiapan kegiatan telah mencapai 85 persen dan kini memasuki tahap akhir.
“Besok pagi kami akan turun langsung untuk check and recheck kesiapan lapangan sebelum gladi kotor hari Kamis,” ujar Ririn saat ditemui seusai rapat finalisasi yang digelar bersama Sekretaris Daerah Kaltim melibatkan berbagai unsur, seperti OPD kabupaten/kota, Polres, PLN, TVRI, Liaison Officer, dan tim Event Organizer, Selasa 22 Juli 2025.
Ririn memastikan bahwa EBIFF tahun ini akan lebih semarak karena diikuti oleh delegasi asing dari lima negara dan juga 5 provinsi yaitu, Kalimantan Utara (Kaltara), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Barat (Sulbar), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Antusiasme delegasi luar negeri ini menjadi nilai tambah dan daya tarik tersendiri. Tahun lalu sudah meriah, tahun ini kami upayakan lebih tertib, lebih tertata, dan well-organized,” ujarnya.
Selain aspek budaya dan diplomasi, Ririn menegaskan EBIFF menjadi momentum pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Menurutnya, sejak awal tahun hingga Juli 2025, pelaku pariwisata mengalami tekanan akibat efisiensi anggaran dan minimnya event.
“Kita harapkan EBIFF bisa meringankan beban pelaku ekraf, meningkatkan perputaran ekonomi, dan membuka peluang bagi pelaku UMKM, jasa makanan, hingga perhotelan,” ujarnya.
Dispar Kaltim juga melakukan sejumlah perbaikan dari penyelenggaraan sebelumnya. Termasuk penataan sanitasi, penyesuaian pencahayaan panggung, manajemen transportasi peserta, serta edukasi kepada wisatawan asing agar tidak terjadi insiden seperti tahun lalu.
“Ada kejadian hampir deportasi karena wisatawan asing memotret area yang dilarang. Tahun ini kami beri early warning dan pengawasan lebih,” tegasnya.
Soal preferensi destinasi, Ririn mengungkapkan bahwa sebagian besar wisatawan asing lebih menyukai pantai dibandingkan kegiatan seperti susur Sungai Mahakam.
“Mereka lebih suka pantai, sementara waktu kami coba Mahakam malah mereka tidur. Evaluasi seperti ini kami tampung agar ke depan bisa memilih destinasi yang tepat,” ujarnya.
Festival ini tidak hanya menyasar wisatawan dari Kaltim, tetapi juga luar daerah. Dispar Kaltim bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk melibatkan siswa, serta berharap media berperan aktif dalam menyebarkan informasi agar daya jangkau festival semakin luas.
“Wartawan kami harapkan bantu penyebaran informasi. Supaya yang datang tidak hanya dari sekitar, tapi juga dari luar provinsi,” ujarnya.
Meski sempat khawatir EBIFF edisi pertama tahun lalu sepi pengunjung, Ririn mengaku terkejut dengan antusiasme warga Samarinda yang memenuhi lokasi acara setiap malam.
“Kami sempat berpikir jangan-jangan tak ada yang datang. Ternyata setiap malam di Creative Hub dan eks Bandara Temindung selalu penuh. Artinya masyarakat di sini suka dengan event seperti ini,” katanya.
Ririn juga berharap EBIFF bisa menjadi pemantik bagi event lain di Samarinda, khususnya dari kalangan EO lokal. Ia menilai Samarinda saat ini masih kekurangan event berskala besar.
“Kita butuh lebih banyak event agar Samarinda tidak sepi. Teman-teman EO juga harus mulai bergerak,” katanya.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana juga dijadwalkan hadir, meskipun kepastian masih menunggu konfirmasi karena persoalan efisiensi anggaran di tingkat kementerian.