BALIKPAPAN: Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax yang sempat melanda Kota Balikpapan menimbulkan keresahan masyarakat.
Kota yang selama ini dikenal sebagai “Kota Minyak” tiba-tiba dilanda antrean panjang di berbagai SPBU sejak pertengahan Mei 2025.
Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas’ud (Harum) menegaskan kelangkaan tersebut bukan karena ketiadaan pasokan, melainkan karena persoalan kualitas BBM yang masuk ke Balikpapan.
“Keterlambatan itu saja bukan tidak ada bahan bakarnya, tapi diganti dulu karena ofspek supaya bisa onspek,” tegas Gubernur Harum, saat diwawancarai di Kantor Gubernur, Senin, 26 Mei 2025.
Kelangkaan mulai dirasakan warga sejak Jumat, 16 Mei 2025.
Kondisi ini memburuk pada Minggu, 18 Mei 2025, ketika stok BBM jenis Pertamax mulai kosong di sejumlah SPBU, menyebabkan antrean panjang dan keresahan di kalangan masyarakat.
Banyak kendaraan harus mengantre berjam-jam, bahkan semalaman, untuk mendapatkan BBM.
Gubernur Harum menjelaskan bahwa pasokan BBM jenis gasolin seperti Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo untuk seluruh wilayah Indonesia, termasuk Balikpapan masih bergantung pada impor.
“Jadi perlu dipahami bahwa seluruh Indonesia untuk jenis bahan bakar solar kita sudah tidak ada impor lagi. Tapi untuk gasolin, seperti Pertalite dan Pertamax, masih impor. Termasuk Balikpapan,” ujarnya.
Menurunya, pasokan BBM Pertamax sebenarnya telah masuk ke Balikpapan sesuai jadwal.
Namun, muatan yang masuk tersebut mengalami kendala teknis karena tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh Pertamina.
“Balikpapan kemarin pada saat langka sebenarnya kargonya sudah masuk. Hanya saja kualitasnya itu opspek. Jadi kalau opspek itu, maka perlu proses lagi agar bisa onspek,” jelas Rudy.
Dalam sistem pengendalian mutu Pertamina, setiap pasokan BBM yang masuk harus melewati tahapan pengecekan kualitas yang disebut Quality Control (QC) atau Quality and Quantity (QQ).
Jika hasilnya belum sesuai spesifikasi (onspek), maka BBM tersebut tidak boleh didistribusikan ke SPBU.
“Kalau tidak sesuai dengan speknya Pertamina, maka itu tidak bisa didistribusikan,” tegas Gubernur Kaltim.
Untuk mengatasi keterlambatan tersebut, Pertamina mengambil langkah cepat dengan menyalurkan pasokan dari daerah lain, yaitu dari Kota Baru dan Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Namun karena proses pengiriman memerlukan waktu pengapalan, distribusi ke SPBU di Balikpapan pun mengalami keterlambatan.
“Dari Banjarmasin itu disuit (disalurkan) masuk ke Balikpapan. Maka terlambat karena dilaksanakan pengapalan, perlu waktu pengapalan paling cepat 24 jam dari Kota Baru sampai ke Balikpapan,” jelas Gubernur Harum.
Setelah itu, BBM harus terlebih dahulu disalurkan ke tangki penyimpanan milik Pertamina di Balikpapan sebelum akhirnya didistribusikan ke SPBU.
Situasi mulai membaik pada Senin malam, 19 Mei 2025, setelah Pertamina mulai menyalurkan pasokan BBM kembali ke SPBU di Balikpapan.
Antrean kendaraan pun mulai berkurang sejak Rabu, 21 Mei 2025. Dan akhirnya, pada Jumat, 23 Mei 2025, distribusi BBM Pertamax kembali normal.
“Sekarang Balikpapan sudah aman,” pungkas Rudy. (Adv/Diskominfokaltim)
Editor : Emmi