JAKARTA : Wakil Menteri Komunikasi dan Informatikan Nezar Patria mengungkapkan, sejumlah anak muda Indonesia tengah membuat platform large language barrier (LLM) berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
Platform ini, bisa menghapus hambatan bahasa. Dimana platform ini nantinya kemungkinan seseorang berkomunikasi dengan dua bahasa yang berbeda tanpa harus melalui penerjemah.
Untuk pengembangan teknologi yang berkaitan dengan LLM, pemerintah mengalokasikan dana sekitar Rp7,7 triliun, untuk mengembangkan dan memperkuat proses transformasi digital.
Pemerintah, kata dia, juga berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan teknologi global dalam mengembangkan kecerdasan buatan.
Hal tersebut disampaikan Nezar Patria, dalam diskusi Expert Talk yang digelar oleh Katadata Indonesia , dan Massachusetts Institute of Technology (MIT) Regional Entrepreneurship Acceleration Program (REAP) seperti dalam rilis yang diterima narasi.co, Rabu (16/10/3024).
Kata Nezar, platform ini menggunakan kecerdasan buatan. Dalam hal ini, seseorang bisa berkomunikasi dengan teman di Thailand, tapi tetap menggunakan bahasa Indonesia.
Namun, teman yang di Thailand akan mendengar omongan itu bukan dalam bahasa Indonesia tetapi bahasa Thailand.
“Platform ini akan menghapus language barrier yang selama ini menjadi kendala,” kata Nezar.
Nezar menambahkan, anak-anak muda Indonesia ini bekerja sama dengan sebuah perusahaan di Singapura, dalam mengembangkan mesin yang canggih untuk memecahkan hambatan bahasa.
Untuk sementara, kata Nezar, platform ini hanya untuk negara-negara di Asia Tenggara.
Menurut dia, platform LLM ini bukan hanya menghapus hambatan bahasa. Tetapi juga bisa meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi serta memperluas kerja sama.
Dikatakan, ke depan memperluas kerjasama untuk berbagai bidang termasuk bisnis tanpa kendala bahasa.
“Jadi, bahasa tidak lagi menjadi penghalang karena mesin ini akan membantu kita dan menjadi salah satu contoh bagaimana teknologi dapat membantu dalam meningkatkan proses ekonomi di kawasan ini,” jelas Nezar.
Nezar menambahkan, pemerintah terus berupaya memfasilitasi generasi muda Indonesia yang ingin mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dengan memberikan lebih banyak dana untuk melakukan penelitian.
Kata Nezar, saat ini Indonesia memiliki lebih dari 500 perusahaan rintisan yang sedang berusaha mengembangkan teknologi kecerdasan buatan.
“Tentu saja, AI sendiri sudah diimplementasikan ke beberapa sektor industri seperti industri kesehatan, transportasi, pendidikan, dan beberapa sektor lainnya.
Untuk itu, pemerintah mencoba untuk memberikan regulasi yang seminimal mungkin karena kita tidak ingin terlalu mengatur sektor-sektor teknologi yang dalam ini.
“Karena kita ingin melihat inovasi itu bisa berkembang dan kita ingin melihat bahwa banyak pemangku kepentingan yang bisa terlibat secara bebas untuk mengembangkan teknologi ini,” ungkap Nezar.
Sebagai contoh, Pemerintah bekerja sama dengan Microsoft, Apple dan Amazon. Mereka mencoba untuk memberikan sumber daya manusia, program pengembangan untuk menciptakan talenta digital di Indonesia.(*)
