Samarinda – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo memuji program yang terkait dengan Bangga Kencana, yaitu pembangunan keluarga kependudukan dan keluarga berencana dijalankan dengan baik di Kalimantan Timur (Kaltim).
“Salah satu pendataan keluarga tahun 2021 (PK21) di Kaltim sukses mendekati 100 persen, padahal medannya sulit dan ada pandemi,” puji Hasto usai menyematkan penghargaan manggala karya kencana (MKK) di Gedung Pendopo Odah Etam Komplek Kantor Gubernur Kaltim, Kamis (21/10/2021).
Meski Kaltim mendapat penghargaan MKK, masih ada dua dari tujuh indikator kesejahteraan masyarakat yang dirasa masih kurang, yaitu tingkat kematian ibu hamil dan bayi yang masih tinggi.
Dijelaskan Harto bahwa selain ibu hamil dan bayi, yang perlu dijadikan catatan dan harus betul-betul diperhatikan adalah stunting.
“Kaltim stuntingnya masih 26 persen. Kita ingin memperjuangkan 14 persen di tahun 2024,” tegas Hasto.
Ia pun mengatakan, telah menyampaikan kepada Gubernur Kaltim secara informal bahwa sumber daya alam (SDA) keluar nilai tukarnya harus sumber daya manusia (SDM).
Ketika batu bara dan kekayaan alam lainnya diambil, lama-lama akan habis dan tidak terbaharukan.
“Gantinya adalah manusia yang unggul. Karena daerah yang tidak punya sumber daya alam kalau punya manusia yang unggul, wah jauh lebih hebat,” terangnya.
Menurutnya, hanya sumber daya manusia lah yang bisa menjadi nilai tukar sumber daya alam dan menjadikan masyarakat makmur dan kaya raya.
“Contoh aja Singapura. Enggak punya sumber daya alam tapi karena manusianya hebat-hebat semua ya bisa melebihi mana saja yang kaya sumber daya alam,” bebernya.
Ia menegaskan apabila Kaltim sumber daya alamnya keluar, nilai gantinya adalah stunting harus turun.
“Itu sudah nilai tukar yang pas sekali, karena keduanya sama-sama bisa menyejahterakan rakyat,” yakinnya.
Ia pun mengimbau penting adanya dasar-dasar yang digerakkan bapak asuh untuk anak asuh stunting.
“Kami memang membawa keluar batu bara tetapi kami membuat anak tidak stunting 100 atau 1000 persen gitukan keren,” harapnya.
Selain itu, ia menyebut dependency ratio hasil proyeksi penduduk 2010-2020 Kaltim angkanya strategis 44,5 tetapi apakah pendapatan per kapitanya sudah naik atau belum itulah yang menjadi permasalahannya.
“Kalo usia harapan hidup naik terus, aging population (disebut era penduduk berusia tua) terbebani orang tua tapi kita belum kaya ya repot,” katanya.
Ia mengkhawatirkan akan terjadi yang namanya growing old before growing rich, sudah menua tapi belum kaya.
“Suatu wilayah kalo populasi tuanya bertambah banyak tapi wilayahnya belum kaya dan sejahtera agak berbahaya karena terbebani oleh orang tua dan bisa jatuh miskin,” paparnya.
Hal seperti itu penting sekali untuk mengukur pembangunan kependudukan.
