SAMARINDA: Di tengah gencarnya pembangunan yang kerap digembar-gemborkan legislator Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi Jalan Cipto Mangunkusumo justru menyimpan fakta getir. Ruas vital yang menghubungkan Balikpapan melalui Bukit Suharto dan Kutai Kartanegara lewat Desa Jembayan itu masih gelap gulita di sejumlah titik.
Pantauan warga, sepanjang tiga kilometer jalan tersebut, terutama di Kecamatan Loa Janan Ilir hingga Loa Janan, kondisinya jauh dari layak. Lampu penerangan jalan umum (PJU) banyak yang redup, bahkan sebagian mati total. Di Kelurahan Sengkotek, sejumlah jalur bahkan sama sekali tak tersentuh cahaya.
Kondisi ini memantik suara keras Muhammad Farikhin, pemuda asli Loa Janan. Ia menuding para legislator hanya hadir saat pemilu, tetapi abai ketika rakyat benar-benar membutuhkan.
“Ke mana Pak Rudy Mas’ud? Ke mana anggota DPRD Kaltim? Ke mana anggota DPR RI dapil Kaltim? Setelah terpilih, kenapa seakan melepas tangan?” sindir Farikhin.
Menurutnya, Jalan Cipto Mangunkusumo bukan sekadar akses warga Loa Janan, melainkan jalur kritis milik provinsi sekaligus pusat. Karena itu, ia heran perhatian pemerintah daerah maupun pusat masih minim.
“Kalau status jalannya jelas, kenapa perhatian justru setengah hati?” tegasnya.
Farikhin juga menyinggung sejumlah legislator, mulai dari Syarifah Suraidah, Hetifah Sjaifudian, hingga anggota DPR RI lainnya, agar menggunakan pengaruh politik mereka di komisi terkait untuk memperjuangkan infrastruktur dasar.
“Kalau pun tidak bisa turun langsung, suarakan di ruang sidang. Jangan sampai Loa Janan ini dibiarkan jadi jalur mati lampu,” tambahnya.
Meski kritis, Farikhin tetap memberi apresiasi kepada legislator yang dianggap sudah berbuat. Ia menyebut Edi Oloan Pasaribu, anggota DPR RI, yang membantu realisasi penerangan jalan di Kelurahan Harapan Baru.
“Alhamdulillah sudah terealisasi, semoga tidak berhenti di situ saja,” ujarnya.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Abdul Giaz, anggota DPRD Kaltim, yang sempat mengajak pemuda setempat kerja bakti membersihkan rumput liar di tepi jalan. Namun menurut Farikhin, langkah itu belum cukup menjawab kebutuhan utama warga.
“Terima kasih sudah memperhatikan. Tapi Loa Janan ini wilayah sentral penghubung Kukar dan Balikpapan. Kalau dibiarkan gelap, sama saja mempertaruhkan keselamatan warga,” pungkasnya.