SAMARINDA: Universitas Mulawarman (Unmul) melalui Fakultas Kedokteran tengah mempersiapkan pendirian Program Studi (Prodi) Kedokteran Hewan. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kebutuhan mendesak Kalimantan Timur akan tenaga dokter hewan yang masih sangat terbatas, terutama dalam menjaga kesehatan ternak, hewan peliharaan, dan masyarakat dari potensi penularan penyakit zoonosis.
Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Alumni Fakultas Kedokteran Unmul, Siti Khotimah, M.Kes, menjelaskan bahwa pendirian prodi ini merupakan bagian dari kontribusi nyata Unmul untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor kesehatan hewan dan pangan.
“Mau tidak mau kita ini sangat terkait dengan kesehatan hewan, termasuk dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat. Karena ada penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, maka Kaltim sangat membutuhkan dokter hewan. Jumlah yang ada saat ini belum mencukupi,” ungkapnya usai RDP bersama DPRD Kaltim, Senin, 4 Agustus 2025.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan koordinasi dengan Dinas Peternakan dan instansi terkait lainnya, kekurangan tenaga dokter hewan di Kaltim menjadi masalah serius. Karena itu, pendirian Prodi Kedokteran Hewan dianggap sebagai langkah strategis dan mendesak.
Menurut Siti Khotimah, seluruh aspek dasar seperti sarana prasarana, kurikulum, hingga sumber daya dosen telah dipersiapkan oleh Unmul.
“Kami pastikan semua persyaratan minimal sudah terpenuhi. Ini akan menjadi Prodi Kedokteran Hewan pertama di Kalimantan, dan mudah-mudahan bisa dibuka tahun depan,” terangnya optimistis.
Terkait proses penerimaan mahasiswa, ia menyebutkan bahwa sistem seleksi akan mengikuti regulasi nasional, melalui jalur mandiri, prestasi, dan UTBK.
Pada tahap awal, Unmul berencana menerima 50 mahasiswa untuk angkatan pertama. Kuota ini akan dievaluasi dan dapat ditambah di tahun ketiga seiring perkembangan sarana pendukung.
Siti juga menyoroti besarnya minat pelajar lokal terhadap bidang kedokteran hewan, serta kecenderungan mereka untuk kembali mengabdi di Kalimantan Timur setelah lulus.
Berdasarkan data internal FK Unmul, 80 persen lulusan Prodi Kedokteran Umum berasal dari Kaltim dan kembali bekerja di daerah asal.
“Kami ingin prodi ini tidak hanya menjawab kekurangan tenaga dokter hewan, tetapi juga menjadi pilar penguatan ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat. Lulusan kami nantinya akan menjadi aset penting untuk pembangunan Kaltim,” jelasnya.
Selain itu, ia juga menyambut baik dukungan Komisi IV DPRD Kaltim yang sebelumnya menyampaikan kesiapan untuk mendukung pembiayaan melalui program Gratis (bantuan pendidikan).
Hal ini dinilai sebagai bentuk sinergi konkret antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam menciptakan SDM unggul dan adaptif di sektor strategis.
Sebagai informasi, ketersediaan dokter hewan di Indonesia saat ini masih sangat kurang, dengan kekurangan mencapai sekitar 20.000 orang atau setara dengan 40% dari kebutuhan nasional.
Di Kalimantan Timur, hingga tahun 2024 baru terdapat 31 Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan), dan tidak semua di antaranya memiliki dokter hewan (drh) yang aktif bertugas.
Padahal, idealnya setiap kecamatan di Kaltim memiliki minimal satu orang dokter hewan. Saat ini, terdapat 148 kecamatan di seluruh wilayah Kalimantan Timur, sehingga masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara kebutuhan dan ketersediaan tenaga dokter hewan.
Dengan dibukanya Prodi Kedokteran Hewan di Unmul, Kaltim diharapkan tidak lagi bergantung pada tenaga dokter hewan dari luar daerah.
Selain menjawab tantangan ketahanan pangan, kehadiran tenaga profesional di bidang ini juga akan membantu mengantisipasi wabah penyakit yang dapat menyebar dari hewan ke manusia.