JAKARTA: Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi (Disperindagkop) dan UKM Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Heni Purwaningsih menyebut DKI Jakarta dan Kaltim memiliki kesamaan berupa provinsi konsumen.
Namun diakuinya, dengan lahan persawahan sekitar 414 hektare dan penduduk 11,24 juta jiwa yang dimiliki, Jakarta mampu mengendalikan pasokan pangan dan inflasi.
Sementara 95 persen kebutuhan pangan Jakarta harus dipasok dari luar daerah.
“Sekarang misalnya, ketika Kaltim mulai pusing karena urusan beras, DKI tetap tenang. Begitu juga dulu ketika harga minyak meroket, Kaltim yang penghasil kelapa sawit saja pusing, Jakarta masih tenang-tenang saja. Harga dan stok di sini aman,” kata Heni.
Hal itu ia katakan ketika melakukan studi tiru ke PT Food Station Tjipinang Jaya di Pulo Gadung, Jakarta Timur, Kamis (19/10/2023).
Sebagai informasi, PT Food Station Tjipinang Jaya merupakan badan usaha milik daerah (BUMD) milik Pemprov DKI Jakarta yang sangat berhasil menjaga ketersediaan dan harga kebutuhan pokok di ibu kota negara.
“Kami melihat DKI Jakarta selalu berada di posisi teratas dalam pengendalian inflasi. Padahal Jakarta sendiri tidak memiliki banyak lahan pertanian. Kami ingin belajar ke sini, mungkin perlu proses dan waktu,” sebutnya.
Kondisi Jakarta yang relatif aman tersebut sangat dipengaruhi oleh kerja positif PT Food Station Tjipinang Jaya, BUMD milik Pemprov DKI Jakarta dalam menjaga stok dan harga pangan di Jakarta dan sekitarnya.
Kepala Divisi Suply Chain PT Food Station Tjipinang Jaya Gazali Malik mengungkapkan, meski perusda ini sudah ada sejak tahun 1972, namun mereka baru mendapat suntikan penyertaan modal dari Pemprov DKI Jakarta pada tahun 2014.
Total penyertaan modal yang diberikan hingga saat ini mencapai Rp443 miliar. Saat ini, perusda ini sudah memiliki dua pabrik pengolahan beras di Jakarta dan Pamanukan.
Selain itu, mereka juga terus memperluas kolaborasi untuk memenuhi pasokan beras dengan berbagai mitra di Sumatera dan Jawa.
“Rata-rata stok Food Station di tahun 2022 sebanyak 11.000 ton dan per Agustus 2023 ditingkatkan menjadi 18.058 ton,” terangnya.
Tak hanya memproduksi beras dengan berbagai kelas, Food Station juga memproduksi minyak goreng dan repack komoditi gula, air mineral serta sejumlah kebutuhan lainnya.
“Distribusi kami lakukan untuk pasar tradisional, restoran, warung-warung dan pasar modern. Produk-produk Food Station hingga saat ini sudah tersedia di 31.000 toko modern di seluruh Indonesia,” tuturnya.
Tak cukup sukses membantu pemerintah menjaga inflasi, Food Station juga berhasil memberikan kontribusi bagi penerimaan asli daerah DKI Jakarta dimana pada tahun 2021 Food Station meraih penerimaan sebesar Rp1,1 triliun dan menyumbang PAD sebesar Rp10 miliar.
Sementara tahun 2022 penerimaan yang mereka hasilkan mencapai Rp1,77 triliun dan kontribusi PAD Rp14 miliar.
Food Station diperkuat dengan sekitar 700 tenaga kerja untuk memperkuat operasional perusahaan. (*)