Samarinda – Tak dapat dipungkiri, pandemi Covid-19 memberikan dampak besar di berbagai aspek kehidupan, khususnya bagi para pelaku UMKM.
Misalnya Yuli, salah satu pelaku UMKM pemilik usaha Mie Ayam Jamur Smada yang juga turut merasakan dampak pandemi. Dahulu warungnya masih ramai dikunjungi pembeli, namun belakangan terjadi pengurangan, walaupun tidak terlalu signifikan.
“Waktu belum pandemi tidak sampai jam 10 kadang udah habis, pandemi gini sampai jam 11 kadang masih sepi,” ujar Yuli saat ditemui di Jalan Sentosa Samarinda, Minggu (3/10/2021).
Bukan hanya penghasilan, lokasi di mana usaha dilakoni juga berdampak. Jika awalnya warung mi ayam milik Yuli di kantin SMA Negeri 2 Samarinda, kini harus berpindah. Karena pandemi tidak memungkinkan bagi sekolah melakukan pembelajaran tatap muka (PTM), sehingga warung mi ayam dengan ciri khas jamur tersebut tidak boleh beroperasi lagi di sekolah.
Mungkin, karena racikan maupun pola pelayanan yang baik tidak menutup rezeki Yuli. Bahkan, masih banyak pengunjung yang datang ke warungnya hanya untuk merasakan mi olahannya itu.
Pengunjungnya rata-rata adalah alumni SMA Negeri 2 Samarinda, mengingat nama warung tersebut pun masih melekat dengan sekolah yang beralamat di Jalan Kemakmuran tersebut.
“Yang masih sering datang ya anak-anak alumni itu, kalau orang lain terbilang jarang, paling yang tau-tau saja,” tuturnya.
Ia juga mengatakan, dengan adanya pandemi tentu ada perubahan, terutama semakin menurunnya penghasilan.
“Tapi alhamdulilah saya bersyukur. Dulu sebulan sekitar Rp 3 juta lebih, kalau sekarang masih lumayan sih, menurunnya paling beberapa ratus ribu saja,” paparnya.
Tidak ada hal lain dalam menjajakan dagangannya, melainkan hanya memahami kemauan pasar dan pembeli, khususnya bersaing di tengah pandemi saat ini.
“Mengingat bukan sedikit masyarakat yang menggeluti usaha mi ayam di Samarinda. Kalau saya kuncinya yang terpenting ramah, sopan dan santun kepada pembeli, itu saja,” ungkapnya.
