SAMARINDA: Program Pengembangan Desa Korporasi Ternak (PDKT) di Kalimantan Timur (Kaltim) terus menunjukkan hasil positif.
Jika pada 2024 hanya ada delapan kelompok, kini jumlahnya bertambah menjadi 12 kelompok dengan rata-rata pemeliharaan 100 ekor sapi per kelompok.
Selain fokus pada penyediaan daging dan bibit, para peternak kini didorong untuk mengolah limbah ternak menjadi pupuk organik ramah lingkungan.

Kabid Kawasan dan Agribisnis Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim, Ihyan Nizam, menjelaskan bahwa inovasi ini sangat strategis untuk mengurangi pencemaran sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi peternak.
“Setiap ekor sapi menghasilkan 15–25 kilogram kotoran per hari. Jika tidak dikelola, limbah bisa menumpuk berton-ton di peternakan besar, berpotensi menimbulkan penyakit hingga menghasilkan gas metana yang memperburuk efek rumah kaca. Dengan teknologi kompos, proses yang biasanya memakan waktu tiga bulan bisa dipercepat menjadi hanya 21 hari,” terang Ihyan, Rabu, 27 Agustus 2025.
Produk pupuk organik hasil olahan limbah sapi ini telah didistribusikan ke berbagai sektor.
Pasar lokal banyak memanfaatkannya untuk pertanian kecil dan tanaman hias, sementara Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi salah satu target pemanfaatan karena kebutuhan besar akan pupuk ramah lingkungan untuk penghijauan dan lahan pertanian perkotaan.
Selain menyerap pasar, program ini juga memperkuat ekosistem peternakan di Kaltim yang selama ini masih bergantung pada pasokan sapi dari luar daerah.
Menurut Ihyan, kehadiran pupuk organik tidak hanya menjawab masalah lingkungan, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi.
Peternak yang sebelumnya hanya mengandalkan penjualan daging kini bisa mendapatkan pendapatan tambahan dari produk turunan ternak.
“Harapannya, selain kebutuhan daging dan bibit bisa dipenuhi, peternak juga meraih manfaat ekonomi lain dari limbah yang diolah menjadi produk bernilai,” tegasnya.
Program PDKT ini sekaligus mendukung visi pembangunan hijau di Kaltim, terutama dalam menyongsong IKN yang ditargetkan menjadi kota berkelanjutan.
Pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik diharapkan bisa mempercepat transisi pertanian ramah lingkungan di daerah.
Dengan pengembangan berkelanjutan, PDKT di Kaltim tidak hanya berperan sebagai penghasil daging, tetapi juga pionir ekonomi sirkular yang memanfaatkan seluruh potensi peternakan untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.
“Kalau ekosistem hutan dan lingkungan kita jaga, maka limbah ternak pun bisa kita ubah menjadi berkah. Itulah yang ingin kami dorong lewat program ini,” pungkas Ihyan.

 
		 
