SAMARINDA: Ajang Kaltim Expo 2025 yang digelar di Convention Hall Sempaja, Samarinda, 26–30 Agustus 2025, tidak hanya menghadirkan produk UMKM dan investasi daerah, tetapi juga menjadi ruang edukasi tentang kekayaan alam Kalimantan Timur (Kaltim).

Salah satu peserta yang mencuri perhatian adalah PT Istana Lebah, yang menampilkan ragam madu hutan asli Kalimantan beserta produk turunannya.
Direktur PT Istana Lebah, Abdurrahman Mochtar, menjelaskan pihaknya membawa tiga jenis lebah utama yang dibudidayakan maupun dipanen langsung dari hutan Kaltim, yakni Apis dorsata, Apis mellifera, dan Trigona.
“Untuk edukasi, kami perkenalkan tiga jenis lebah madu. Apis dorsata dipanen di hutan dengan cara memanjat pohon hingga 70 meter. Ada juga Apis mellifera, serta lebah kecil Trigona dengan varietasnya seperti itama, tauracica, serigunta, hingga imbiroi,” jelas Abdurrahman, Selasa, 26 Agustus 2025.
Madu Istana Lebah sebagian besar berasal dari hutan pedalaman Kalimantan, diproduksi oleh lebah liar tanpa campuran bahan kimia maupun pengawet. Karakteristiknya sangat dipengaruhi oleh vegetasi di sekitarnya.
Lebah yang ditempatkan di kebun rambutan, misalnya, akan menghasilkan madu beraroma rambutan. Jika berada di perkebunan kopi, maka madunya akan memiliki aroma bunga kopi.
“Jenis lebah dan vegetasi sangat menentukan rasa dan warna madu,” tambah Abdurrahman.
Madu hutan Kalimantan dikenal kaya bee pollen, propolis, dan antioksidan, dengan manfaat antara lain meningkatkan daya tahan tubuh, menyembuhkan luka, menjaga kesehatan pencernaan, hingga menambah stamina.
Produk ini kini bisa ditemui dengan mudah, baik melalui toko lokal maupun platform penjualan online.
PT Istana Lebah tidak hanya memasarkan madu murni, tetapi juga berbagai produk turunan lebah, seperti Lilin lebah, yang dimanfaatkan sebagai bahan dasar batik dan kosmetik (minyak rambut, pomade).
Tak hanya itu, juga dibuat minuman olahan madu, seperti honey lemon dan honey jahe, dalam berbagai kemasan praktis.
Produk lilin lebah bahkan sudah menembus pasar luar negeri, dengan permintaan datang dari Malaysia dan Singapura, sementara pesanan batik berbahan lilin lebah banyak berasal dari Pekalongan.
“Ini bukti lebah memiliki manfaat luas, tidak hanya madu, tetapi juga lilin dan turunannya yang bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.
Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, terutama saat pandemi COVID-19, membuat permintaan madu melonjak tajam. Omzet PT Istana Lebah yang biasanya berkisar Rp30-70 juta per bulan, saat pandemi sempat menembus Rp219 juta.
“Permintaan sangat tinggi waktu pandemi. Itu membuktikan madu punya peran penting dalam menjaga imun tubuh,” ungkap Abdurrahman.
Untuk menjaga ketersediaan produk, PT Istana Lebah memanfaatkan madu hutan dari kawasan Batu Dinding, Hutan Lindung Sungai Wain, dan Kedang Kepala, serta melakukan budidaya lebah di Balikpapan dan Manggar.
Mereka juga mengembangkan program edukasi bersama Dinas Kehutanan Kaltim, kerap menjadi narasumber bagi Kelompok Tani Hutan (KTH) dalam pelatihan budidaya lebah.
“Harapannya, semakin banyak masyarakat yang mau membudidayakan lebah madu. Manfaatnya bukan hanya ekonomi, tetapi juga menjaga ekosistem hutan,” terangnya.
Selain itu, PT Istana Lebah aktif mendistribusikan bibit lebah. Baru-baru ini, 300 koloni lebah dikirim ke Tenggarong untuk memperluas budidaya.
Keikutsertaan di Kaltim Expo 2025 menjadi ajang promosi penting sekaligus ruang edukasi masyarakat tentang potensi besar perlebahan di Kaltim.
“Kalau ada pameran seperti ini, produk kami bisa lebih dikenal, pesanan lebih banyak, dan konsumen tidak hanya dari Kaltim, tetapi juga luar daerah bahkan luar negeri,” pungkas Abdurrahman.
Selain bernilai ekonomi, ia menekankan, keberadaan lebah juga menjaga keberlangsungan vegetasi dan keseimbangan lingkungan. “Kalau ekosistem hutan kita jaga, maka lebah pun tetap lestari,” tegasnya.