Kendari – Pemanasan global, intrupsi teknologi serta ketahanan kesehatan dan lingkungan merupakan tantangan yang harus dihadapi Indonesia saat ini.
Bahkan perubahan iklim juga menjadi salah satu instrumen terberat yang perlu disikapi karena mengancam peradaban manusia termasuk memiliki pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan stabilisasi keuangan global.
“Seperti kita lihat baru-baru ini di South Amerika sekarang sedang mengalami jumlah penurunan hujan yang tinggi. Di Amerika saya cek juga saljunya sangat pekat sehingga diantisipasi harga kedelai dunia akan naik, tertinggi selama 30 tahun terakhir,” ungkap Menteri BUMN Erick Thohir saat mengisi narasumber di HUT ke-2 Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) di Kendari, Selasa (8/2/2022).
Sehingga, tidak menutup kemungkinan harga tempe juga akan naik dan suka tidak suka karena perubahan iklim pastinya ini akan mempengaruhi juga secara ekonomi.
“Seperti kita mengalami Covid-19 juga berpengaruh pada stabilisasi daripada ekonomi dan lain-lain,” urainya.
Beranjak dari perubahan iklim ini juga ditekankan agar pembangunan ekonomi di segala sektor terutama industri energi, minerba, pertanian, perkebunan dan kehutanan harus mengusung konsep ekonomi hijau.
“Indonesia sudah menandatangani bagaimana kita menjadi zero emisi di tahun 2060, kesepakatan ini harus disikapi dengan tegas demi membuktikan komitmen Indonesia dalam perbaikan lingkungan dapat betul-betul terealisasi,” sebut Erick Tohir.
Tetapi dengan catatan jangan juga berbicara ekonomi hijau tapi keseimbangan ekonomi justru menjadi mahal sehingga nilai kompetitif tidak bisa menyaingi negara-negara lain. Tentu ini akan berdampak pada pembukaan lapangan pekerjaan, dimana populasi Indonesia ini sangat banyak generasi mudanya.
“Tetapi kita harus menyadari bahwa kita adalah paru-paru dunia, kita harus punya roadmap energi hijau sendiri yang terarah dan tepat sasaran.
“Ingatlah bahwa Indonesia memperbaharui komitmen iklim, tentu bagaimana tetap di angka 29 persen atas usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional, tentu transisi ini untuk mengurangi emisi karbon plus komitmen daripada kita sendiri yang saya sampaikan tadi 2060 atau lebih cepat,” tegasnya.
Namun upaya ini tidak cukup untuk membawa, menjaga kelayakan suhu rata-rata bumi, karena memang ini ada kenaikan terus satu setengah derajat celcius.
“Karena itu selain butuh peran aktif seluruh masyarakat, kami mencoba melakukan perubahan roadmap dan mempercepat tranformasi BUMN khususnya bagi penerapan green energi.
“Kita tidak bisa istilahnya mengeruk sebesar-besarnya hanya sumber daya alam, tetapi kita harus memikirkan keberlanjutan daripada generasi penerus sehingga generasi yang kuat dan produktif,” pungkasnya.