Samarinda – Masyarakat Kalimantan dari berbagai kalangan dan latar belakang yang tergabung dalam Koalisi Pemuda Kaltim turun ke jalan untuk ikut serta dalam seruan aksi penolakan pernyataan Edy Mulyadi yang diduga sebagai unsur pemecah belah bangsa.

Koordinator Koalisi Pemuda Kaltim Fuad Assegaf mengatakan jika pernyataan Edy Mulyadi tentang menyebut Kaltim tempat buang anak jin, kuntilanak, genderuwo, monyet itu yang tidak manusiawi.
“Kita minta dukungan moril dari DPRD Kaltim dan Gubernur Kaltim. Kaki bereaksi karena apa yang dikatakan Edy Mulyadi itu melukai warga Kaltim,” ucapnya saat ditemui Narasi.co di Mako Polresta Samarinda.
Ditegaskan Fuad, kalau memang ada pihak yang menolak atas perpindahan IKN ke Kaltim mestinya disampaikan dengan baik, bukan justru melakukan hal seperti menghina pihak lain.
“Menolak itu silakan saja. Karena ini negara hukum dan kebijakan tersebut telah berupa UU, maka cukup melalui ranah hukum dengan lakukan judicial review di MK,” tegasnya.
Fuad berharap segala bentuk aksi dan laporan yang telah disampaikan kepada pihak berwajib hari ini pun dapat segera ditindaklanjuti.
“Ini sebagai bentuk melaporkan Edy Mulyadi CS agar segera diproses secara hukum dan diadili seadil-adilnya. Kami memberi waktu kepada pihak berwajib untuk dapat menerima dan menindak 1×24 jam, kalau tidak kami akan kembali dengan massa yang lebih banyak lagi,” terang Fuad.
Namun, Edy Mulyadi diketahui telah menyampaikan permintaan maaf. Fuad mengaku pihaknya telah memaafkan namun bagi dia hal itu tidak akan mengubah pikiran mereka menyelesaikannya dengan proses hukum.
“Artinya kita tetap memaafkan, tetapi proses hukum tetap akan berjalan,” urainya.
Usai menerima laporan dari Koalisi Pemuda Kaltim, Wakil Kepala Polresta Samarinda AKBP Eko Budiarto mengatakan, pihaknya akan segera melakukan tindak lanjut dan meminta agar semua pihak sepenuhnya memberikan kepercayaan pada pihaknya.
“Aspirasi terkait penyampaian Edy Mulyadi, kami sudah terima, laporannya akan kami proses. Saat ini dengan hari ini sudah dua laporan, nanti akan diteruskan ke Dikrimsus Kaltim, laporan ini akan dikirim ke Polda Kaltim,” jelasnya.
Sebelumnya, dalam kanal Youtube pribadinya yang diunggah pada Selasa (18/1/2022) lalu, Edy Mulyadi sempat menyampaikan seruan aspirasi tak terima jika ibu kota negara (IKN) RI yang sebelumnya di Jakarta justru dipindah ke Penajam Paser Utara (PPU).
“Bisa memahami tidak, ini ada sebuah tempat elit, punya sendiri yang harganya mahal dan punya gedung sendiri, lalu dipindah ke tempat jin buang anak, pasarnya siapa?,” ucap Edy Mulyadi yang didampingi sejumlah teman-temannya dalam video unggahannya.
“Kalau pasarnya kuntilanak, genderuwo, ngapain mau bangun di sana,” lanjutnya.
Bukan hanya itu, Edy Mulyadi yang diduga mengaku-ngaku sebagai kader salah satu partai di Indonesia itu juga menyebutkan jika yang layak tinggal di Kaltim hanyalah monyet.