
KUKAR : Sebuah danau di lahan eks tambang batu bara yang masuk wilayah Desa Loa Ulung, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) menjelma menjadi destinasi wisata yang mulai menyedot perhatian.
Pemerintah Desa (Pemdes) Loa Ulung menargetkannya menjadi pusat pertumbuhan wisata baru. Tidak hanya menyajikan keindahan alam, keberadaannya juga akan memberdayakan warga sekitar lewat pengelolaan spot-spot wisata yang tersebar di kawasan danau.
Kepala Desa (Kades) Loa Ulung Hermi Kuaria menuturkan bahwa dulunya danau tersebut merupakan lokasi tambang yang dikelola oleh PT Fajar Bumi Sakti.
Setelah aktivitas penambangan berhenti, area tersebut berubah menjadi danau alami akibat genangan air yang terbentuk secara bertahap. Melihat potensi keindahan alam yang muncul, pemdes tak tinggal diam.
“Wisata tersebut berupa danau buatan yang mulanya adalah galian eks tambang batu bara milik PT Fajar Bumi Sakti. Kemudian dikembangkan menjadi tempat wisata,” jelas Hermi usai peresmian gedung Balai Pertemuan Umum (BPU) Desa Loa Ulung, Jumat, 11 April 2025.
Kini, danau tersebut tak lagi menjadi saksi bisu aktivitas industri ekstraktif. Ia bertransformasi menjadi ruang hidup baru yang sarat nilai ekologis dan ekonomis.
Di sekeliling danau, telah tumbuh berbagai spot wisata yang ditata dan dikelola oleh komunitas lokal.
Pihak pemdes membuka ruang partisipasi bagi kelompok masyarakat untuk mengelola area tertentu dan merintis usaha wisata secara mandiri. “Ada Taman Gubang, Dermaga Gadis, Bougenville, dan Langit Timur,” beber Hermi.
Masing-masing spot membawa nuansa dan karakter tersendiri. Taman Gubang misalnya, menyuguhkan lanskap hijau nan teduh untuk bersantai.
Dermaga Gadis dikenal sebagai tempat berswafoto favorit, terutama saat matahari mulai tenggelam di balik perbukitan.
Sementara, Bougenville dan Langit Timur menyuguhkan suasana romantis dengan bunga warna-warni dan panorama fajar yang memesona.
Potensi danau ini tak berhenti pada keindahan visual. Pemdes Loa Ulung bekerja sama dengan Dinas Kelautan Kukar untuk menjadikannya sebagai lokasi wisata pemancingan. Langkah awal yang telah dijalankan dengan menebar ribuan benih di danau.
“Rencana kita akan kembangkan pemancingan karena dari Dinas Kelautan sudah melepas sekitar 30 ribu bibit ikan nila dan ikan lele di danau wisata tersebut,” tuturnya.
Hermi berharap, pengembangan wisata ini tidak hanya menjadi pemantik pertumbuhan ekonomi lokal. Namun, juga tumbuh menjadi identitas baru yang membanggakan bagi Desa Loa Ulung.
Ia menekankan pentingnya sinergi antara masyarakat, pemdes, dan para pemangku kepentingan terkait untuk menjaga keberlanjutan kawasan wisata tersebut.
“Hari ini kita sudah mulai, tapi tentu kita butuh perhatian dari pemerintah kabupaten dan provinsi, terutama untuk infrastruktur penunjang seperti jalan,” ungkapnya.
Menurut Hermi, meskipun geliat masyarakat dalam mendukung sektor pariwisata sudah terlihat, akses menuju lokasi wisata masih menjadi tantangan utama.
Jalan yang sempit dan rusak kerap menyulitkan kendaraan pengunjung, terutama pada akhir pekan dan hari libur, saat volume kendaraan meningkat tajam. (Adv)

 
		 
