
SAMARINDA: Ketua Komisi II DPRD Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Nidya Listiyono mengakui bahwa perbedaan (disparitas) harga bahan bakar minyak (BBM) antara Pertalite dan Pertamax menjadi salah satu penyebab antrean panjang di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU).
Masyarakat cenderung memilih opsi dengan harga lebih rendah tanpa mempertimbangkan secara mendalam mengenai kualitas dan kuantitas.
Prioritas utama masyarakat adalah dapat berkendara sejauh mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.
“Daya beli masyarakat menurun pasca-pandemi Covid-19 karena banyak sektor mati dan pemutusan kerja. Perang Rusia-Ukraina juga berdampak pada ekonomi masyarakat,” ungkapnya belum lama ini.
Tidak hanya di Indonesia, dunia pun mengalami hal serupa. Diketahui juga bahwa harga BBM di Indonesia juga ditentukan dengan harga BBM dunia. Maka itu, antrean pengendara pada BBM Pertalite tidak terhindarkan.
“Semua orang tentu mencari yang murah. Daya beli menurun, ekonomi tidak stabil, dan harga BBM dunia naik. Ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia,” tambahnya.
Untuk itu, Politikus Partai Golkar ini memberikan saran kepada masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas untuk menggunakan BBM yang sesuai dengan kebutuhan kendaraannya, seperti Pertamax, Pertamax Turbo, atau Dexlite.
“Pembagian dari berapa CC yang mempengaruhi BBM apa yang cocok, jadi sesuaikan saja, terutama sesuaikan kantong,” tandasnya. (*)