JAKARTA : Melihat perkembangan ekonomi global semakin melambat, akibat fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai, serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan, BI7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen, suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 6,50 persen.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, saat mengumumkan hasil RDG BI, 18-19 Januari 2023 di kompleks BI mengatakan, keputusan menaikkan suku bunga yang lebih terukur ini merupakan langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan infkasi ke depan.
Menurut Perry, penurunan ekspektasi inflasi dan deflasi ke depan sebagai koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar, dan disertai dengan meningkatnya risiko potensi resesi terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Namun dengan adanya penghapusan kebijakan nol-covid (zero covid policy) di Tiongkok, diperkirakan akan menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Untuk itu lanjutnya, secara keseluruhan Bank Indonesia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 menjadi 2,3 persen dari prakiraan sebelumnya sebesar 2,6 persen. Di satu sisi tekanan inflasi global terindikasi mulai berkurang, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Meskipun tetap di level tinggi seiring dengan masih tingginya harga energi dan pangan. berlanjutnya gangguan rantai pasokan, dan masih ketatnya pasar tenaga kerja, terutama di AS dan Eropa.
Lebih jauh bicara tentang suku bunga, Perry mengatakan, sejalan dengan tekanan inflasi yang melandai, kebijakan moneter di negara maju yang mendekati titik puncaknya, suku bunga diprakirakan masih akan tetap tinggi di sepanjang tahun 2023. Dalam hal ini, ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai mereda, sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang. Tekanan pelemahan nilai tukar negara berkembang juga berkurang.
Ke depan Perry yakin, kenaikan BI7DRR sebesar 225 bps, sejak 2022 hingga menjadi 5,75 persen ini memadai untuk memastikan inflasi inti, tetap berada dalam kisaran 30 plus minus 1 persen pada semester I 2023 dan inflasi indeks harga konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3,0 plus minus 1 pada semester II 2023.

 
		 
