
BONTANG : Pasca aktivitas migas yang turun drastis, pemerintah kota Bontang kini menghadapi tantangan baru dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Ketua Komisi II DPRD Bontang, Rustam, menyoroti pentingnya pengembangan sektor pariwisata sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada industri migas.
Dalam sebuah pertemuan di Gedung Sekretariat DPRD Bontang pada hari Selasa (6/6/2023), Rustam mengajak pemerintah kota dan instansi terkait untuk fokus pada pengembangan pariwisata menyongsong era pascamigas.
Saat ini, kata Rustam, Bontang masih sangat tergantung pada sektor migas.
Namun, ketika sumber daya migas habis, kita harus memikirkan langkah berikutnya.
Menurutnya, inilah sebabnya mengapa kita perlu berupaya sejak dini dalam mengembangkan sektor-sektor lain yang dapat meningkatkan perekonomian.
“Salah satunya adalah sektor pariwisata,” ujar Rustam.
Menurut Rustam, dengan menggali potensi pariwisata, Bontang akan sejalan dengan visi dan misi Pemerintah Kota Bontang yang bertujuan meningkatkan pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan sektor pariwisata di Kota Taman.
“Ayo kita gali lebih dalam potensi pariwisata ini, karena ini juga akan berdampak pada UMKM,” kata Rustam.
“Dengan demikian, perekonomian akan maju, pengangguran berkurang, dan ini juga akan berdampak pada Pendapatan Asli Daerah (PAD),” tambahnya.
Politikus dari Partai Golkar ini juga mengimbau dinas terkait, terutama Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispopar) Kota Bontang, untuk mengoptimalkan kinerjanya dan aktif menggali potensi sektor pariwisata yang ada di Kota Taman.
“Upaya untuk mengembangkan pariwisata ini merupakan langkah yang paling tepat. Terlebih lagi, Bontang memiliki banyak potensi wisata yang menarik,” jelas Rustam.
Dalam menggali potensi pariwisata, menurutnya, Bontang memiliki kekayaan alam dan budaya yang melimpah.
Keindahan alamnya yang memukau, seperti hutan tropis yang masih alami dan pantai berpasir putih menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan.
Selain itu, warisan budaya yang kaya, seperti seni tari tradisional, kerajinan tangan, dan kuliner khas daerah, juga menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung.
Namun, untuk mengoptimalkan potensi pariwisata di Bontang, perlu dilakukan berbagai upaya strategis.
Salah satunya adalah pengembangan infrastruktur pariwisata yang memadai.
Dibutuhkan pembenahan dan perluasan aksesibilitas menuju destinasi wisata, peningkatan kualitas jalan dan transportasi, serta penyediaan fasilitas yang memadai seperti akomodasi, restoran, dan tempat rekreasi.
Selain itu, promosi pariwisata yang efektif juga menjadi kunci kesuksesan.
Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispopar) Kota Bontang perlu melakukan kampanye pemasaran yang kuat, baik melalui media konvensional maupun platform digital.
Kerjasama dengan pihak swasta, komunitas lokal, dan masyarakat juga dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan kesadaran dan minat wisatawan.
“Oleh karena itu, dinas terkait harus serius dalam menggarap potensi ini. Karena ini dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di era pascamigas,” katanya,
“Apalagi, menurut informasi yang saya ketahui, pada tahun 2025 kontrak PT Badak dengan PT Pertamina akan berakhir,” pungkasnya. (*)

 
		 
