SAMARINDA: Pemerintah Kota Samarinda melalui Satgas Makan Bergizi Gratis (MBG) melakukan peninjauan lapangan ke dapur MBG yang Badan Gizi Nasional (BGN) Samarinda Ulu 2 di Jalan Juanda, Rabu, 27 Agustus 2025.
Peninjaun ini dilaksanakan agar distribusi makanan bergizi gratis berjalan sesuai standar mulai dari proses produksi hingga ke tangan siswa.
Peninjauan dipimpin Plt Asisten I Sekretariat Daerah Kota Samarinda, Suwarso, bersama tim lintas instansi.
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh, mulai dari dapur produksi, peralatan masak, penyimpanan bahan makanan, higienitas ruangan, hingga distribusi paket makanan ke sekolah penerima.
“Pak Wali Kota Andi Harun memberi penugasan serius agar Satgas MBG turun langsung mengecek di lapangan. Semua anggota harus berperan aktif,” tegas Suwarso.
Saat ini terdapat 10 dapur SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) di Samarinda.
Khusus Samarinda Ulu 2, program MBG menyalurkan 2.330 porsi makanan sehat setiap hari untuk siswa SDN 18, SDN 20, SMPN 5, dan SMPN 7. Jumlah tersebut ditargetkan meningkat hingga 3.000 porsi seiring bertambahnya sekolah penerima manfaat.
Distribusi dilakukan dua kali sehari, pukul 08.30 dan 11.00 WITA, menggunakan dua mobil boks tertutup.
Standar waktu distribusi dibatasi maksimal empat jam sejak makanan selesai dimasak agar tetap segar meski tanpa pengawet.
Tim Dinas Kesehatan turut dilibatkan untuk memastikan kualitas makanan. Mereka melakukan pemeriksaan higienitas dapur, penyimpanan bahan segar maupun kering, tempat cuci peralatan, hingga mengambil sampel makanan untuk diuji laboratorium.
“Uji lab ini memastikan makanan aman dikonsumsi. Hasil keluar tiga hari, dan bila ada rekomendasi perbaikan langsung kami sampaikan ke pengelola,” jelasnya.
Selain itu, Dinas Pendidikan menyiapkan data siswa penerima manfaat, sementara bidang ketahanan pangan mengawal ketersediaan bahan segar dan stabilitas harga. Kejaksaan Negeri, TNI, dan Polri juga turut mendampingi pengawasan.
Kepala SPPG Samarinda Ulu 2, Thiara Chikita Dewi Fortuna, menyebut dapur ini dikelola oleh 40 relawan aktif. Produksi dimulai sejak pukul 12 malam, mencakup persiapan bahan, memasak, pemorsian, dan pengemasan. Seluruh relawan diwajibkan menggunakan sepatu safety, apron, penutup kepala, dan masker untuk menjaga higienitas.
Thiara menambahkan, menu berganti setiap hari untuk menjaga selera siswa. Identifikasi awal dilakukan bersama orang tua agar siswa dengan alergi tertentu mendapat menu pengganti.
“Kalau ada anak alergi ayam, kami ganti dengan ikan. Semua detail ini dipantau supaya tidak menimbulkan masalah kesehatan,” jelasnya.
Pendanaan program berasal dari Badan Gizi Nasional (BGN) dengan biaya Rp15 ribu per porsi. Dari jumlah tersebut, Rp2 ribu dialokasikan untuk sewa ompreng. Di Samarinda Ulu 2 saja, biaya sewa ompreng selama dua minggu mencapai Rp45 juta.
Thiara memastikan aliran dana berjalan lancar. “Alhamdulillah, semua biaya dari BGN turun sesuai perhitungan per porsi, tidak pernah macet,” katanya.
Selain dapur Samarinda Ulu 1 di Villa Tamara dan Samarinda Ulu 2 di Juanda, Pemkot Samarinda menargetkan pembukaan dapur baru di kawasan Suryanata. Rencana jangka panjang, sebanyak 60 titik dapur MBG akan diverifikasi dan beroperasi penuh di seluruh kecamatan.
“Proses verifikasi masih berjalan di portal BGN. Mudah-mudahan cepat keluar hasilnya agar program bisa merata ke semua wilayah,” imbuhnya.
Sejak dibuka awal Agustus, dapur MBG Samarinda Ulu 2 telah melayani ribuan siswa setiap hari kerja. Hingga kini, tidak ada keluhan dari penerima manfaat. Program ini diharapkan terus berlanjut dengan pengawasan ketat agar kualitas gizi terjaga dan manfaatnya semakin luas.