
SAMARINDA: Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Seno Aji, pastikan tenaga kerja lokal akan jadi prioritas dalam produksi Smelter Nikel di Provinsi Kaltim.
Seno Aji juga menekankan pentingnya memberikan pelatihan kepada tenaga kerja lokal sebelum mereka menjadi pekerja berkompeten.
“Saat kegiatan produksi dimulai, kami targetkan 60 persen tenaga kerja itu dari lokal. Pastinya akan dibekali Training of Trainer (ToT) sebelum menjadi tenaga kerja skill, karena itu yang utama,” ucap Seno Aji saat diwawancarai di Gedung DPRD Kaltim, Senin (18/9/2023).
Selain itu, syarat bagi tenaga kerja lokal adalah minimal lulusan SMA atau setara, sehingga mempermudah persyaratan bagi mereka yang ingin terlibat dalam produksi smelter nikel.
“Syarat yang ditetapkan untuk tenaga kerja lokal juga minimal lulusan SMA sederajat, jadi mempermudah untuk persyaratan mereka,” sambungnya.
Politikus dari Fraksi Gerindra ini juga mencatat bahwa penggunaan produk lokal untuk kebutuhan dasar harus menjadi prioritas.
“Sebisa mungkin prioritas kebutuhan dasar itu menggunakan produk-produk lokal, karena itu bentuk dukungan juga, jika tidak ada baru boleh mencari ke luar,” tuturnya.
Seno Aji menegaskan bahwa komitmen antara perusahaan dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur terkait penggunaan tenaga kerja lokal dan produk lokal telah disepakati. Ia juga mengingatkan bahwa sanksi akan diterapkan dalam kasus pelanggaran terkait komitmen tersebut.
“Kami akan memanggil perusahaan jika ada pelanggaran. Tindakan tegas yang akan diambil adalah memberikan sanksi, bahkan mungkin penutupan perusahaan,” tegasnya.
Perlu diketahui, PT Mitra Murni Perkasa (MMP) tengah membangun smelter nikel pertama di Kalimantan Timur.
Smelter ini berlokasi di Balikpapan dengan luas lahan mencapai 22,75 hektar.
Proyek ini merupakan bagian dari upaya untuk mendukung perkembangan industri baterai dan melibatkan investasi sebesar Rp6,5 triliun.
Selanjutnya, ada proyek pembangunan smelter nikel kedua berlokasi di Pendingin, Kecamatan Sanga Sanga, Kutai Kartanegara.
Proyek ini dilakukan oleh PT Kalimantan Ferro Industry dengan investasi mencapai Rp30 triliun. (*)