JAKARTA : Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Teguh Santosa, mengajak masyarakat pers nasional untuk mendalami dua kata kunci kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Kedua kata kunci tersebut yakni kedaulatan pangan (food sovereignty) dan tetangga yang baik (good neighbour).
Kedua pilar ini dinilai saling berkaitan dan menjadi landasan penting dalam politik luar negeri serta pembangunan nasional.
Hal ini disampaikan Teguh dalam seminar internasional bertema “Improving Indonesia-Korea Relationship in Prabowo Administration, from Food Sovereignty to Good Neighbour”.
Acara yang dihelat JMSI bersama KoreaKini.id tersebut berlangsung di Hall Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (26/11).
Seminar ini dihadiri sejumlah tokoh terkemuka, di antaranya Deputi Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN Vivi Yulaswati, Deputi Distribusi Kemenko Pangan, Wakil Duta Besar Republik Korea Park Soo-Deok.
Juga tampak hadir Direktur Jenderal Amerika Eropa Kementerian Luar Negeri RI Umar Hadi.
Selain itu, turut hadir Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya dan Direktur Asia Timur Kemenlu RI Arifianto Sofianto.
Para pembicara yang mengisi diskusi meliputi Hyungjun Noh dari Rural Development Administration Korea Selatan, Kepala Biro Humas Kementerian Pertanian Moch. Arief Cahyono.
Juga peneliti George Mason University Joshua Namtae Park, serta peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Andrew Mantong.
Dalam pidatonya, Teguh Santosa menekankan kedaulatan pangan bukan hanya soal mencukupi kebutuhan pangan nasional, tetapi juga memastikan penguasaan teknologi, produksi pangan mandiri, dan pemberdayaan masyarakat untuk menjaga rantai makanan secara inklusif.
“Kedaulatan pangan harus dipahami sebagai upaya sistematis untuk mempromosikan sektor pertanian, memperkuat kelompok petani, serta membangun pedesaan yang tangguh,” ujar Teguh.
Ia juga menggarisbawahi bahwa melalui kedaulatan pangan, Indonesia dapat memainkan politik bebas aktif di kancah internasional, terutama dalam memperkuat posisi strategis negara di tengah tantangan global.
Selain itu, Teguh menyoroti pentingnya Indonesia menjadi tetangga yang baik dalam hubungan internasional.
Kebijakan ini menurutnya, mencerminkan pendekatan kolaboratif yang mengedepankan kesejahteraan bersama dan perdamaian dunia.
“Menjadi tetangga yang baik berarti mempromosikan kerja sama lintas negara yang inovatif dan strategis, terutama di tengah dinamika global yang semakin kompleks,” tambah Teguh.
Teguh juga menilai pengalaman Korea Selatan dapat menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia dalam memperkuat sektor pangan dan diplomasi internasional.
Selama ini, kedua negara telah menjalin kerja sama di berbagai bidang, termasuk teknologi, ekonomi, dan budaya, yang mendukung kesejahteraan bersama.
“Melalui seminar ini, kami berharap dapat menemukan best practices yang relevan bagi Indonesia dan Korea Selatan untuk meningkatkan hubungan bilateral di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto,” ungkap Teguh.(*)