SAMARINDA: Suasana sore di kawasan GOR Kadrie Oening Samarinda selalu ramai dipenuhi beragam aktivitas.
Ratusan orang datang berolahraga, sekadar berjalan santai, atau menikmati jajanan UMKM.
Di antara deretan rombong seragam yang berjajar rapi, ada satu sosok muda yang menarik perhatian: Alda (23), pedagang yang melanjutkan usaha sang ayah sejak 2023 lalu.
Usaha ini bukan sekadar tempat mencari nafkah bagi Alda.
Sejak 2013, almarhum ayahnya lebih dulu membuka rombong di kawasan ini. Setelah sang ayah wafat, Alda memutuskan untuk meneruskan usaha keluarga, menjaga cita rasa sekaligus pelanggan setia yang sudah akrab dengan lapak mereka.
“Sehari-hari saya jualan mulai sore, karena ramai orang joging. Dari tahun 2023, saya yang meneruskan usaha bapak,” ujarnya.
Pendapatan dari hasil jualan sangat bergantung pada aktivitas di sekitar GOR.
Hari-hari biasa, Alda bisa meraup sekitar Rp200 ribu ke atas.
Namun, saat ada event olahraga seperti futsal, bulutangkis, atau basket, omzetnya bisa mencapai Rp500 ribu.
Lebih istimewa lagi ketika acara besar digelar, misalnya Car Free Day yang diadakan Bank Indonesia.
“Kalau event besar bisa sampai Rp1–2 juta. Itu momen paling ramai karena pengunjung tumpah ruah ke GOR,” jelasnya.
Menu yang dijajakan sederhana, tapi selalu dicari: pentol telur, sosis bakar, telur gulung, kentang goreng, dan berbagai olahan frozen food lainnya.
Dalam sehari, Alda bisa menghabiskan 8–10 pack per item, khususnya sosis bakar yang paling diminati.
Harga jual pun ramah di kantong, rata-rata Rp10 ribu hingga Rp15 ribu.
Tak heran jika pembeli datang dari berbagai kalangan, mulai anak-anak, remaja, hingga orang tua. “Kalau soal pembeli, semua rentang usia ada. Mereka suka karena murah dan cepat disajikan,” tuturnya.
Menariknya, hampir semua pedagang di kawasan GOR Kadrie Oening menawarkan menu yang serupa.
Hal ini karena mereka merupakan binaan Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim melalui UPTD Pengelolaan Prasarana Olahraga (PPO). Dengan rombong seragam dan menu yang mirip, persaingan tak bisa dihindari.
“Di sini rata-rata sama menunya. Jadi tergantung kita sendiri bagaimana menarik pembeli, bisa dari packaging, warna, atau rasa produk,” terang Alda.
Bagi Alda, usaha ini bukan hanya tentang mencari keuntungan.
Ada kebanggaan tersendiri bisa berdiri di tempat yang sama dengan ayahnya dulu, melanjutkan perjuangan keluarga, sekaligus menjadi bagian dari geliat ekonomi UMKM di Samarinda.
“Yang penting, tetap konsisten dan menjaga kualitas. Karena orang datang lagi biasanya karena puas dengan rasa dan pelayanan,” katanya.
Kisah Alda adalah potret nyata bagaimana UMKM tumbuh bersama denyut aktivitas masyarakat. Di balik keramaian GOR Kadrie Oening, ada cerita ketekunan, kerja keras, dan harapan masa depan yang dibawa oleh anak muda seperti Alda.