SAMARINDA: Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), yang juga Wakil Ketua Bidang Kehumasan dan Informatika Kwarda Pramuka Kaltim, Muhammad Faisal, menegaskan pentingnya pemimpin yang efektif dalam sebuah organisasi.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber pada Kursus Pengelolaan Dewan Kerja (KPDK) Kwarda Kaltim 2025, Kamis, 28 Agustus 2025.

Dalam paparannya, Faisal menekankan bahwa seorang pemimpin tidak cukup hanya mengandalkan posisi formal, tetapi harus mampu membaca situasi, cepat mengambil keputusan, serta cerdas mengidentifikasi kondisi internal maupun eksternal organisasi.
“Yang kita inginkan adalah pemimpin yang efektif. Kalau kita tahu kemampuan anggota, kita bisa tentukan strategi yang tepat agar organisasi berjalan efektif,” ujarnya.
Faisal juga menguraikan konsep gaya kepemimpinan yang selama ini dikenal dalam teori Thoha (2013): gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang digunakan seorang pemimpin untuk memengaruhi orang lain agar tujuan organisasi tercapai. Sementara teori Franklyn (1951) dalam kajian Onong Effendy (1993) mengelompokkan gaya kepemimpinan ke dalam tiga tipe pokok, yakni otokratis, demokratis, dan bebas atau laissez-faire.
Kepemimpinan otokratis ditandai dengan pemusatan wewenang dan kecenderungan melihat bawahan hanya sebagai alat, sedangkan gaya demokratis menempatkan bawahan sebagai bagian penting, membuka ruang kritik dan saran, serta berusaha mengembangkan kapasitas anggota.
Adapun gaya laissez-faire lebih bersifat pasif, dengan pemimpin memberikan kebebasan penuh pada bawahannya untuk mengambil keputusan dan menjalankan pekerjaan.
Selain tiga gaya pokok itu, Faisal juga memperkenalkan berbagai tipe kepemimpinan modern yang relevan diterapkan dalam organisasi masa kini.
Kepemimpinan transformasional, misalnya, mendorong anggota lebih menyadari nilai pekerjaan dan mengutamakan perubahan ke arah yang lebih baik dengan inspirasi serta semangat positif.
Gaya situasional menekankan kemampuan pemimpin untuk cepat beradaptasi sesuai kebutuhan. Kepemimpinan karismatik mampu memengaruhi emosi anggota dengan visi yang kuat dan wibawa tinggi.
Kepemimpinan transaksional menekankan pada imbalan dan sanksi melalui sistem reward and punishment, sedangkan kepemimpinan delegatif memberi keleluasaan kepada bawahan yang memiliki motivasi dan kapasitas tinggi untuk mengambil keputusan sendiri.
Faisal menekankan bahwa kepemimpinan efektif adalah kepemimpinan yang menyeimbangkan dua dimensi, yaitu orientasi pada hubungan manusia dan orientasi pada tugas.
Pemimpin yang berorientasi pada hubungan manusia menekankan kepuasan, motivasi, kerja sama, dan kesejahteraan anggota. Sebaliknya, pemimpin yang berorientasi pada tugas menekankan penyelesaian pekerjaan dengan disiplin, meski kadang kurang memperhatikan perkembangan individu.
Keseimbangan keduanya menurutnya akan membuat organisasi tetap relevan dengan perkembangan zaman.
“Kalau internal kita kuat tapi eksternal masih lemah, maka peran harus dibagi. Ada yang fokus mengatur di dalam, ada yang keluar membangun relasi. Dengan begitu tujuan organisasi bisa tercapai dengan baik,” katanya.
Di akhir sesi, Faisal menyampaikan pesan motivasi kepada para peserta KPDK Kaltim 2025. Ia mengutip kalimat yang sering disampaikan Gubernur Kaltim Rudy Mas’ud untuk mendorong generasi muda berani bercita-cita besar.
“Bermimpilah semua jadi pemimpin, jangan bercita-cita hanya menjadi anak buah. Bercita-citalah setinggi langit, kalaupun jatuh, jatuhlah di antara bintang-bintang,” ucapnya.
Kegiatan KPDK Kaltim 2025 diikuti para pengurus Dewan Kerja dari berbagai cabang se-Kalimantan Timur. Kursus ini menjadi wadah penting untuk memperkuat kapasitas kader Pramuka, terutama dalam hal kepemimpinan, manajemen organisasi, dan strategi komunikasi.
Dengan materi yang disampaikan, diharapkan lahir pemimpin-pemimpin muda yang mampu membawa organisasi Pramuka semakin maju dan memberi kontribusi nyata bagi masyarakat.

 
		 
