SAMARINDA: Jelang aksi unjuk rasa di Gedung DPRD Kaltim hari ini 1 September, aparat gabungan Polresta Samarinda, TNI, dan pihak kampus Universitas Mulawarman (Unmul) mengamankan 22 mahasiswa dalam penggerebekan di kawasan Kampus FKIP, Jalan Banggeris, Karang Anyar, Minggu 31 Agustus 2025 dini hari pukul 02.45 Wita.
Dari lokasi, polisi menyita 27 botol bom molotov serta sejumlah bahan baku berupa pertalite, kain perca, dan gunting.
Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Hendri Umar, dalam konferensi pers menegaskan bahwa operasi dilakukan berdasarkan informasi intelijen yang mengindikasikan adanya rencana penggunaan bom molotov pada aksi unjuk rasa hari ini.
“Sebanyak 22 orang diamankan. Dari jumlah itu, 18 masih diperiksa singkat dan akan diserahkan kembali ke pihak fakultas bila tidak terkait. Sementara 4 orang lain, yakni MZ/F, MH/R, MAG/A, dan AF/R, sedang didalami perannya karena diduga mengetahui sekaligus membuat dan menyimpan bom molotov tersebut,” ujarnya saat konferensi pers 1 September 2025.
Menurut Hendri, peran keempat mahasiswa itu meliputi mengantarkan bahan baku menggunakan sepeda motor ke sekretariat, meracik botol berisi bahan bakar menjadi bom molotov, hingga menyembunyikan barang bukti di gedung FKIP.
Barang bukti yang diamankan saat ini sedang diperiksa oleh tim Satreskrim Polresta Samarinda. Polisi juga menyebut adanya indikasi keterlibatan pihak lain di luar mahasiswa.
“Ada dua orang mister X dan mister Y yang diduga sebagai pengantar bahan baku. Ini masih kami dalami,” jelasnya.
Kapolresta menegaskan, pengamanan aksi mahasiswa tetap dilakukan secara humanis. “Kami pastikan pengawalan berlangsung sesuai aturan. Aspirasi adalah hak konstitusional, tetapi harus disampaikan tanpa kekerasan,” katanya.
Danrem 091/ASN, Brigjen TNI Anggara Sitompul yang turut hadir, menambahkan bahwa aparat wajib menjaga jalannya aksi agar tetap aman.
“Ini menjadi tanggung jawab bersama. Semua elemen harus bergandeng tangan agar aksi berjalan tertib tanpa insiden,” tegasnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Unmul Mohammad Bahzar yang hadir dalam konferensi pers mengaku pihaknya akan meningkatkan komunikasi internal agar kejadian serupa tidak terulang.
“Ke depan tentu menjadi pembelajaran bagi kita semua,” ujarnya singkat.
Sementara itu, Wali Kota Samarinda, Andi Harun, bersama Ketua Komunitas Adat Syahrie Jaang, juga hadir memberikan dukungan terhadap langkah aparat.
Hingga berita ini diturunkan, penyidik Satreskrim Polresta Samarinda masih mendalami keterlibatan para mahasiswa maupun kemungkinan adanya aktor lain di balik peredaran bom molotov tersebut. Polisi juga menegaskan penyelidikan mengarah pada penerapan dua pasal pidana, meski detailnya belum diumumkan.
“Kami mohon waktu untuk mendalami peran dan kaitannya dengan aksi yang direncanakan. Yang jelas, proses hukum akan dilakukan secara transparan,” tutup Kapolresta.