MALANG: Hari kedua di Kota Malang, Sabtu 18 Oktober 2025, Udara dingin pagi hari di Kota Malang menyambut rombongan MSI Group yang bersiap memulai perjalanan menuju Gunung Bromo, salah satu destinasi wisata alam paling ikonik di Jawa Timur.
Dari Hotel Aliante Malang, tiga orang jurnalis Ira dari narasi.co, Aminah dari natmed.id dan Adi dari infosatu.co dan didampingi CEO MSI Group Mohammad Sukri memulai petualangan menuju kaki gunung berapi legendaris itu.
Dengan mobil pribadi, perjalanan menuju basecamp Jeep HalloBromo ditempuh sekitar satu jam. Sesampainya di basecamp, suara deru jip dan aktivitas wisatawan menjadi tanda petualangan segera dimulai.
Begitu tiba di lokasi, udara dingin khas lereng Bromo langsung terasa menusuk kulit. Ira dan Aminah menyewa jaket tebal yang disediakan di basecamp seharga Rp35 ribu.
Tak hanya jaket, tersedia juga berbagai perlengkapan sewa mulai dari jaket, sepatu gunung, kupluk, hingga syal, semua demi menjaga tubuh tetap hangat menghadapi suhu yang bisa turun hingga di bawah 10°C.
Jeep berwarna merah yang gagah pun siap membawa rombongan melintasi jalan menanjak, berkelok dengan udara sejuk pegunungan yang membuat suasana perjalanan terasa menyenangkan.
“Perjalanan dari basecamp itu seru banget, jalannya sempit dan berliku, kanan-kiri jurang tapi pemandangannya luar biasa,” ujar Aminah.
Jalan menuju kawasan Bromo kini sudah cukup baik, hanya beberapa titik berlubang yang harus dilalui dengan hati-hati. Namun semua terbayar oleh panorama perbukitan dan lembah yang tersaji sepanjang rute.

Spot pertama yang disinggahi adalah Watu Gede, area istirahat di jalur wisata Bromo via Malang–Lumajang. Dari titik ini, hamparan sabana Bromo terlihat begitu indah, terutama pada musim penghujan ketika padang rumput menghijau bak permadani raksasa.
Di Watu Gede tersedia gazebo beratap tempat wisatawan duduk santai menikmati pemandangan, serta warung-warung kecil yang menjual bakso, kopi panas, dan es krim. Tim MSI pun tak melewatkan kesempatan beristirahat sejenak sambil menikmati es krim seharga Rp10.000 per cone.
“Rasanya unik, makan es krim di udara dingin sambil lihat gunung,” ucap Ira tertawa.
Tak lupa mereka mengabadikan momen di Bukit Widodaren, berpose di depan lanskap yang dramatis antara langit biru dan sabana hijau.
Dari Watu Gede, jip merah kembali melaju menuju destinasi berikutnya: Pasir Berbisik, hamparan pasir luas di sisi timur Kawah Bromo yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Tempat ini dinamai Pasir Berbisik karena pada saat angin bertiup, terdengar suara lembut seperti bisikan yang muncul akibat gesekan butiran pasir. Suasana di sana benar-benar berbeda sunyi, luas, dan memunculkan rasa kagum sekaligus ketenangan.
“Begitu turun dari jeep, langsung terasa seperti di padang pasir Timur Tengah,” tutur Aminah.
Di kejauhan, tampak gagah Gunung Batok berdiri dengan bentuknya yang simetris, sementara Gunung Bromo mengeluarkan sedikit asap tipis dari kawahnya.
Tim MSI Group pun berfoto dengan jip merah di tengah hamparan pasir dengan latar belakang Gunung Batok dan langit biru, momen yang menjadi simbol pencapaian pertama mereka menapaki Bromo.
“Ini pengalaman pertama kami bertiga ke Bromo. Benar-benar pemandangannya terlihat unreal (tidak nyata),” kata Adi.
Selain sebagai kegiatan wisata, perjalanan ini juga menjadi ruang kebersamaan bagi para jurnalis muda MSI Group.
