SAMARINDA: Adi Asmara, perwakilan dari Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), menjadi salah satu dari 80 peserta yang mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) Public Speaking yang digelar oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kalimantan Timur (Kaltim).
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kemampuan komunikasi para ASN, khususnya yang bertugas di bidang kehumasan dan komunikasi publik.
Sebagai seorang pranata humas sekaligus master of ceremony (MC) aktif dan dosen terbang di Universitas Mulawarman (Unmul), Adi mengaku kegiatan ini sangat bermakna.
Baginya, penguatan kemampuan berbicara di depan publik merupakan proses yang tidak pernah selesai, terlepas dari pengalaman yang telah ia miliki.
“Sangat bahagia dan berkah rasanya bisa mengikuti bimtek ini. Walaupun saya sudah sering mengikuti pelatihan serupa, saya tetap merasa perlu karena setiap narasumber itu punya gaya dan pengalaman berbeda. Dari situ kita bisa belajar hal-hal baru,” ujar Adi saat ditemui di sela kegiatan di Aula BPSDM Kaltim, Samarinda, Rabu, 23 Juli 2025.
Adi mengungkapkan bahwa dirinya telah menggeluti dunia kehumasan selama 10 tahun.
Namun, ia tetap menekankan pentingnya bersikap rendah hati dalam belajar.
“Intinya mau belajar. Dalam proses belajar itu pasti ada yang namanya trainee error. Nah, kesalahan-kesalahan itu kita jadikan pengalaman dan bahan evaluasi,” jelasnya.
Menurutnya, banyak sumber pengetahuan yang bisa diakses secara mandiri di era digital ini.
“Saya sendiri sering belajar dari YouTube atau platform media lainnya,” ujarnya.
Bagi Adi, kemampuan public speaking sangat strategis, terutama dalam posisi sebagai pranata humas yang kerap menjadi jembatan komunikasi antara pimpinan daerah dan publik.
“Kita ini pelayan masyarakat dan juga representasi pimpinan. Kalau public speaking kita tidak memadai, bisa menimbulkan miskomunikasi, baik di internal pemerintahan maupun ke masyarakat luas,” tegasnya.
Menyambut baik inisiatif BPSDM dalam menggelar bimtek ini, Adi berharap kegiatan serupa bisa terus dilaksanakan secara rutin setiap tahun.
“Akan sangat bagus jika tahun depan ada lagi, dan dengan jumlah peserta yang lebih besar. Kalau bisa dibagi dua kelas ya, maksimal 40 orang per kelas, supaya lebih fokus,” sarannya.
Saat ditanya pandangannya mengenai hubungan antara wartawan dan humas, Adi memberikan jawaban yang menyejukkan.
“Wartawan itu bukan musuh. Mereka justru mitra kita. Kalau kita anggap musuh, nanti kerjanya bertolak belakang terus. Menurut saya, cara mengelola hubungan dengan media itu tidak bisa disamaratakan, karena setiap wartawan punya karakter berbeda,” jelasnya.
Bagi Adi, kunci hubungan yang baik antara humas dan wartawan adalah saling menghargai dan memahami peran masing-masing.