SAMARINDA : Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Kabid Kesmas Dinkes) Fitnawati mengingatkan permasalahan stunting di Indonesia bukan lah tanggung jawab satu sektor saja, melainkan lintas sektor.
“Dinkes hanya fasilitas kesehatan, yang menggerakkan lintas sektor dan masyarakat,” tegasnya saat jumpa pers di Diskominfo Kalimantan Timur (Kaltim), Jumat (18/10/2024).
Dirinya menekankan, permasalahan stunting bukan hanya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi. Tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pola asuh yang tidak tepat, stimulasi yang minim dan sanitasi yang buruk.
Ia menjelaskan, akses sanitasi dan kebersihan lingkungan yang tidak dijaga berpengaruh pada kesehatan ibu hamil sehingga tubuh kembang anak menjadi rentan terkena infeksi dan penyakit.
“Kebersihan, sanitasi dan akses air bersih juga harus tetap dijaga untuk melindungi anak dari penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhannya,” terangnya.
Untuk itu, menurutnya, lintas sektor tersebut termasuk dalam pemerataan air bersih dan kebersihan lingkungan.
Ia menuturkan, data stunting pada akhir 2023 mengalami peningkatan kembali setelah ada penurunan data stunting di Oktober 2023 yaitu 16,41 persen menjadi 18,45 persen, tetapi masih di bawah target di tahun 2023 sebesar 25,5 persen.
Sebagai informasi, jumlah balita yang terkena stunting untuk masing-masing daerah di Kaltim per September 2024 yakni Paser sebanyak 3.156, Kutai Barat 1.425, Kutai Kartanegrara 9.354, Kutai Timur 3.258, Berau 3.447, Penajam Paser Utara 1.851, Mahakam Ulu 278, Balikpapan 3.819, Samarinda 5.751, Bontang 2.101 sehingga total keseluruhan di Kaltim menjadi 34.440.(*)