SAMARINDA: Strategi komunikasi publik di era digital menuntut pemerintah dan masyarakat bersikap proaktif dalam menyebarkan informasi positif, sekaligus reaktif menghadapi isu dan hoaks.
Penegasan itu disampaikan Pranata Komputer Ahli Muda Diskominfo Kaltim, Fahmi Asa, saat memberikan materi di Workshop Visualisasi dan Informasi (Visi) “Strategi Pengelolaan Informasi Publik dalam Era Digital” Kepada mahasiswa Universitas Mulawarman, Jumat, 10 Oktober 2025.
Menurut Fahmi, pendekatan proaktif berarti aktif menyebarkan informasi yang benar melalui berbagai kanal, mulai dari media sosial, website, hingga aplikasi digital.
“Sementara reaktif berarti kita harus cepat merespons ketika ada masalah atau hoaks yang muncul. Jangan dibiarkan larut tanpa penanganan,” ujarnya.
Fahmi juga menekankan pentingnya desain konten yang sederhana dan menarik agar publik mau membaca.
“Orang sekarang gampang sekali scroll dan skip. Kalau informasi tidak eye catching, masyarakat cepat pindah,” katanya.
Ia menyebut berbagai tools desain, seperti Canva, bisa dimanfaatkan untuk membuat konten kreatif yang bisa digunakan siapa saja, bahkan pelajar sekolah dasar.
Menurutnya, kualitas konten menjadi kunci agar branding lembaga atau instansi publik bisa diterima masyarakat.
Terkait kehadiran kecerdasan buatan (AI) dalam pembuatan konten, Fahmi menilai teknologi itu positif bila digunakan secara tepat.
“AI hanyalah alat. Kalau ide dan kreativitas kita lemah, hasilnya pun tidak akan bagus. Sentuhan manusia tetap penting,” jelasnya.
Namun ia mengingatkan agar penggunaan AI tetap berhati-hati terhadap pelanggaran hak cipta maupun potensi negatif seperti plagiarisme dan deepfake.
“Masyarakat justru perlu memahami AI supaya tidak mudah tertipu dan bisa memanfaatkannya untuk hal-hal positif,” tambahnya.
Fahmi berharap mahasiswa mampu menjadi agen literasi digital dengan ikut menyebarkan informasi yang benar sekaligus menangkal berita bohong.
“Mahasiswa harus bisa menjadi bagian dari penyebar informasi publik yang sehat. Strategi komunikasi bukan hanya soal teknologi, tapi juga etika dan tanggung jawab,” pungkasnya.