Samarinda – Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi menyinggung para rektor perguruan tinggi di Kaltim yang tidak mengkritisi keseriusan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dalam menyalurkan Corporate Social Responsibility (CSR) pada daerah.
“Tunggu saja, saya menyuarakan itu, mestinya para rektor yang bersuara, kan ada forum rektor. Saya sudah menyuarakan, kalau mereka tidak bersuara itu terserah mereka,” terang Wagub Kaltim Hadi Mulyadi, Kamis (12/5/2022).
Hadi Mulydi mengaku memang jika CSR dan bentuk lainnya sudah dijalankan seperti kesehatan, jalan, dan sebagainya.
Tetapi hal tersebut masih dirasa ganjal oleh Mantan Anggota DPR RI itu karena CSR yang seharusnya diperuntukkan terhadap perguruan tinggi di Kaltim tetapi justru dilarikan ke kampus-kampus di luar daerah produksi.
Tidak main-main, CSR PKP2B Kaltim sekitar Rp 200 miliar telah tersalur ke tiga kampus di Pulau Jawa.
PKP2B yang secara jelas beroperasi di wilayah Kaltim tetapi CSR senilai Rp 100 miliar justru diberikan ke Institut Teknologi Bandung (ITB), kemudian Rp 50 miliar untuk Universitas Indonesia (UI), dan Rp 50 miliar untuk Universitas Gajah Mada (UGM).
“Ini yang kita suarakan. Kenapa ada CSR untuk perguruan tinggi luar daerah sementara tidak untuk Kaltim. Kan nggak etik UGM dapat, UI dapat dan ITB dapat,” tandas pria berdarah Bugis itu.
“Saya sudah menyuarakan itu, kalau rektor diam-diam saja ya sudah selesai. Kan untuk mereka bukan untuk saya,” tambahnya.
Hadi juga mengatakan, bola teknis dalam pengajuan proposal berada di tangan rektor, jika ini tidak dilakukan maka rektor telah merasa cukup terhadap apa yang telah diterima terkait bantuan CSR PKP2B.
“Mereka ini mau mengajukan proposal atau tidak, kalau mau nanti saya dorong. Saya hanya menyuarakan mahasiswa, mereka baca di medsos kenapa tidak ada keadilan, kalau rektor tenang-tenang saja berarti sudah cukup. Jadi bolanya ada direktor,” jelasnya.
Kalau perusahaan ada yang sudah bikin jalan, bikin jembatan, masyarakat mungkin masih menghargai, tetapi saat ini yang diperbincangkan adalah dana CSR dengan nilai yang lumayan yaitu Rp 200 miliar.
“Sikap saya ini mengundang rektor berbicara. Kenapa Kaltim tidak ada, ada Unmul, Untag Unikarta, harus para rektor menindaklanjuti, kami butuh ini dong, kalau mereka tidak mau berarti merasa cukup,” pungkasnya.

 
		 
