
KUKAR: Kecamatan Kembang Janggut kembali menegaskan komitmennya dalam menanggulangi permasalahan stunting yang masih menjadi tantangan serius.
Lewat rembuk stunting yang melibatkan seluruh elemen desa, pemerintah kecamatan mendorong kolaborasi lintas sektor guna menciptakan generasi yang sehat dan tumbuh optimal.
Staf Bidang Kesejahteraan Kecamatan Kembang Janggut, Rosi, menyampaikan bahwa rembuk stunting merupakan langkah konkret pemerintah dalam memastikan penanganan gizi buruk dapat menjangkau hingga ke tingkat desa.
Menurutnya, stunting bukan sekadar isu kesehatan, tetapi juga menyangkut masa depan sumber daya manusia.
Anak-anak yang mengalami stunting umumnya menghadapi hambatan dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan kognitif, sehingga berisiko menurunkan kualitas hidup mereka di masa depan.
“Stunting masih menjadi masalah kesehatan yang krusial dan memerlukan penanganan yang tidak bisa parsial. Harus ada sinergi dari semua pihak, mulai dari pemerintah, tenaga kesehatan, hingga masyarakat itu sendiri,” ujar Rosi diamini oleh Kepala Seksi Pelayanan Umum, Aslamiah, saat ditemui media ini pada Rabu, 30 April 2025.
Rosi menjelaskan, sejumlah langkah strategis telah disepakati bersama pemerintah desa, termasuk pengalokasian khusus anggaran desa untuk mendukung program pencegahan dan penanganan stunting.
Dana tersebut dimanfaatkan untuk penyediaan makanan tambahan bagi balita, peningkatan layanan kesehatan ibu dan anak, serta edukasi gizi kepada masyarakat.
Berbagai upaya konkret yang telah dijalankan antara lain edukasi nutrisi bagi ibu hamil dan menyusui, pemberian makanan tambahan (PMT) di posyandu untuk balita dengan berat badan kurang, serta pemantauan tumbuh kembang anak secara rutin guna mendeteksi dini risiko stunting.
Tak hanya dari sisi kesehatan, strategi pencegahan juga mencakup peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi layak.
Kader kesehatan desa turut aktif mendampingi keluarga berisiko tinggi dengan pendekatan teknis, edukatif, dan motivasional agar masyarakat semakin sadar akan pentingnya gizi dan kebersihan lingkungan.
Rosi juga menyoroti pentingnya sinergi antara program kesehatan dan bantuan sosial.
Menurutnya, keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi kerap kali terlewat dalam intervensi gizi jika tidak ada integrasi lintas program.
Untuk itu, bantuan sosial desa kini lebih difokuskan kepada keluarga dengan balita yang membutuhkan dukungan intensif.
Meski tidak menyebutkan secara rinci angka prevalensi stunting di wilayah tersebut, Rosi memastikan tren kasus stunting di Kecamatan Kembang Janggut menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun.
Ia menyebut penurunan ini sebagai hasil kerja kolaboratif dan konsisten di lapangan.
“Pemerintah kecamatan tetap berperan aktif dalam penanggulangan stunting. Ini bukan hanya kerja satu pihak, tapi tanggung jawab bersama demi masa depan anak-anak kita,” pungkasnya. (Adv)