BALI : Asisten Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana, Pramaartha Pode, mengungkapkan setiap kepala daerah, baik gubernur, bupati, wali kota, maupun para wakilnya memiliki gaya berpidato yang berbeda-beda.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Penulisan Pidato dan Presentasi yang diselenggarakan oleh Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Kalimantan Timur di Hotel Mercure Kuta Beach Bali, pada Rabu (10/5/2023).
Kegiatan Bimtek berlangsung mulai 10-11 Mei 2023 itu secara resmi dibuka Asisten Administrasi Umum Sekda Provinsi Kaltim Riza Indra Riadi. Tampak hadir, Kepala Biro Adpim Setda Provinsi Kaltim Syarifah Alawiyah.
Pramaartha kemudian menjelaskan metode dan struktur penyusunan pidato yang efektif bagi para kepala daerah. Pertama, memahami diksi yang sering digunakan oleh pimpinan. Kedua, memahami jenis pidato yang disampaikan.
“Saya sudah menonton dua video pidato Pak Gubernur (Isran Noor) semalam. Beliau memiliki gaya yang santai namun blak-blakan. Beliau juga sering membuat lelucon,” kata Pramaartha.
Kemudian ketiga memperhatikan gaya berpidato yang digunakan oleh pimpinan, dan keempat, memahami konteks acara dan mengenal peserta acara. Selain itu, pidato yang disusun juga harus berisi pesan-pesan penting yang akan disampaikan kepada peserta acara dan masyarakat pada umumnya.
“Untuk pidato Presiden, pesan pentingnya dibatasi maksimal tiga poin. Kami menyebutnya dengan rule of three,” tambahnya.
Ia mengakui tugas sebagai staf penyedia sambutan untuk pimpinan memang penuh tantangan karena hampir tidak mengenal hari libur.
“Kami bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu tanpa ada hari libur, karena bahkan saat liburan pun, kami diminta menyusun pidato. Mungkin hal serupa juga terjadi di daerah,” terangnya.
“Jadi, ini menjadi masalah jika tidak ada kontak yang bisa dihubungi di OPD dan pidato harus selesai pada keesokan paginya,” lanjutnya.
Ia menambahkan setiap tim penyusun pidato kepala daerah harus mampu menentukan sudut pandang atau kerangka pikir yang akan digunakan, kemudian menyiapkan bahan dan menyusun draf pidato untuk menghasilkan pidato yang baik.
“Yang terpenting, pidato pimpinan harus mendapat dukungan kuat dari tim di setiap organisasi perangkat daerah (OPD), terkait kesesuaian bahan sambutan dengan para hadirin yang diundang,”jelasnya.
Narasumber lain dalam bimtek tersebut, yaitu Tim Komunikasi Presiden RI, Novri Susan, menjelaskan tentang riset dan perspektif dalam penyusunan pidato kepemerintahan.
“Pidato harus dapat mengubah sikap dan tindakan peserta acara dan masyarakat pada umumnya,” tegasnya.
Ia berpesan, pidato dibuat harus mempertimbangkan akurasi informasi, kejelasan perspektif dan pengemasan bahasa serta harus disusun melalui riset penyusunan naskah meliputi riset karakter sosial kepala daerah, riset data dan riset bahasa.
“Riset karakter sosial bisa berupa gestur fisik, gestur, kata-kata dan intonasi. Riset data meliputi peraturan yang relevan, kebijakan umum dan khusus, serta dinamika sosial terkait kebijakan,” terangnya.