SAMARINDA : Pemerintah kota Samarinda membutuhkan komitmen dan kontribusi semua stakeholder dalam rangka menangani permasalahan kesehatan masyarakat (kesmas) dan stunting di Kota Samarinda.
Hal itu disampaikan Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi Wongso usai menerima audiensi Pengurus IDI Kota Samarinda di Ruang Kerja Wakil Wali Kota, Selasa (4/4/2023).
Wakil Wali Kota Rusmadi Wongso menerangkan pemerintah kota menyambut baik tawaran IDI Kota Samarinda yang meminta ruang kerja sama untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di Kota Tepian.
“Kami mengapresiasi. Mereka meminta ruang. Tetapi sebenarnya ini bukan minta ruang. Ini seperti pucuk dicinta ulam pun tiba. Justru Pemerintah Kota Samarinda sedang membutuhkan semua stakeholder untuk memberikan kontribusinya,” tutur Rusmadi sapaan akrabnya usai menerima audiensi itu.
Dijelaskan, kolaborasi IDI Samarinda menghadirkan pokok pembahasan mengenai langkah-langkah konkret yang dapat dikerjasamakan dalam menanggulangi permasalahan kesehatan masyarakat dan menurunkan angka stunting di Samarinda.
Rusmadi menyebutkan laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Samarinda naik dari 20 persen menjadi 25 persen. Jika dibanding dengan data elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) justru angka stunting mengalami penurunan dari 10, 9 persen menjadi 9,8 persen.
“Tetapi kita sudah sepakat menggunakan data SSGI. Ini menjadi PR dan kerja keras kita bersama IDI,” ucapnya.
Menurutnya, salah satu penyebab stunting adalah pernikahan yang terlalu dini, dimana fisik dan psikologi pada usia tersebut belum kuat untuk menjadi seorang ibu. Untuk itu, perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan pernikahan dini seperti melakukan sosialisasi mengenai bahaya pernikahan dini dan reproduksi sehat terhadap remaja, pendampingan terhadap ibu hamil hingga serta asupan gizi kepada bayi dan balita serta sanitasi lingkungan.
“Ada 28 ribu bayi di Kota Samarinda yang berisiko stunting. Ini tentu beririsan dengan warga yang kurang mampu,” ungkap Rusmadi.
Pemkot Samarinda terus melakukan upaya-upaya penurunan stunting, salah satunya adalah pemberian makanan tambahan dan didukung dengan pola asuh yang baik dari orang tua.
Stunting menjadi isu penting untuk diselesaikan sebab kata Rusmadi stunting dapat merusak masa depan bangsa karena dampaknya bisa sangat fatal, di antaranya adalah keterlambatan perkembangan mental dan fisik, rendahnya produktivitas, serta mudah terserang berbagai penyakit.
“Apa lagi kita bicara bonus demografi tahun 2044 yang didominasi generasi emas atau usia produktif. Untuk itu harus benar-benar memanfaatkan bonus demografi ini. Kesehatan dan kecerdasan sangat dibutuhkan,” terangnya