SAMARINDA: Wakil Wali Kota Samarinda Rusmadi Wongso mengapresiasi rembuk stunting Kota Samarinda yang pertama kali dilakukan diantara sepuluh kabupaten/kota yanag ada di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
“Oleh karena itu, saya apresiasi rembuk ini dilakukan sebelum Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) kota dilakukan,” puji Rusmadi saat Rembuk Stunting Kota Samarinda di Ballroom Five Premier Samarinda, Kamis (7/3/2024).
Kegiatan ini bertajuk “Dengan Konvergensi Bersama Cegah dan Atasi Stunting”, sebab menurutnya, sebelum dilaksanakannya Musrenbang Kota Samarinda, rembuk tersebut berhasil mencapai tahap rembuk kota.
Rembuk kala itu merupakan kegiatan kali ketiga yang dilakukan. Di mana sebelumnya telah dilakukan acara serupa di tingkat kelurahan dan kecamatan di tahun 2023.
Menurutnya, rembuk ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap langkah dan aksi yang akan dilakukan untuk menurunkan stunting apabila termuat dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2025.
“Tetapi hanya akan menjadi percuma dan tidak signifikan ketika ini tidak dianggarkan, tidak menjadi program-progran dari kegiatan yang menjadi bahan di Musrenbang,” katanya.
Selanjutnya, Politikus PDI Perjuangan ini menekankan pentingnya bagi seluruh pihak yang terlibat dalam percepatan penurunan stunting itu untuk mengerucutkan fokus mereka pada satu tujuan melalui pendekatan dua intervensi.
Pertama, intervensi yang bersifat spesifik. Artinya intervensi ini fokus pada persoalan kesehatan individu dan keluarga, seperti gizi, sanitasi, dan lingkungan.
“Terkait soal-soal kesehatan, misalnya gizi, kurang darah, lingkar lengan ibu hamil minimal 23,5 cm, persoalan terkait dengan kesehatan,” jelas Rusmadi.
Kedua, intervensi yang bersifat sensitif. Intervensi ini menyasar kepada anak-anak, perempuan, catin, dan ibu hamil. Misalnya, melalui pendekatan dan sosialisasi terkait kesehatan reproduksi, dan pendidikan seksual.
“Diharapkan intervensi kedua tersebut mampu memberikan proteksi dini dan edukasi lebih awal bagi masyarakat, sehingga angka stunting diyakini dapat teratasi di kemudian hari,” imbuhnya.
Selain itu, ia berharap agar rembuk tersebut mampu membawa diskusi lebih mendalam antarsektor, baik Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, organisasi masyarakat, perguruan tinggi, swasta dan organisasi profesi.
Kemudian, ia juga meminta agar seluruh pihak saling bekerja sama mencapai amanah pusat untuk menurunkan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2025.
Maka itu, Rusmadi mengajak para pemangku kepentingan terus menjaga sinergi serta berkolaborasi menurunkan kasus stunting di Kota Samarinda.
“Jadi persoalan stunting di Samarinda sudah terpetakan dari tingkat kelurahan dan kecamatan. Yang paling penting adalah hasil dari rembuk stunting itu kita harapkan mampu menurunkan stunting,” tutupnya.(*)