Samarinda – Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) H Isran Noor menyebut jika ekonomi Kaltim memiliki potensi investasi besar di ibu kota baru Indonesia (2024).
Dikatakannya, sebagai ibu kota baru Indonesia (2024), biaya yang harus dikeluarkan adalah sebesar USD 32,7 miliar yang 19% dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN). Sedangkan sisanya diharapkan dari kerjasama pemerintah swasta dan investasi swasta.
Isran memaparkan Provinsi Kaltim merupakan provinsi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita tertinggi ketiga di Indonesia pada tahun 2021, mencapai USD 11.191 per kapita.
Ia juga mengaku perekonomian Kaltim memang sangat bergantung pada industri pertambangan dan perkebunan yang tidak berkelanjutan.
Dalam mengejar pertumbuhan ekonomi berkelanjutan ini, maka provinsi mereformasi secara bertahap menuju industri manufaktur.Kata Isran turunannya berdasarkan komoditas paling kompetitif yang tersedia di kawasan ini. Termasuk sektor pariwisata.
“Pariwisata juga berperan sebagai sumber pendapatan alternatif yang menarik, dan alangkah baiknya jika sektor wisata terus dikembangkan,” tegasnya.
Ketua Partai Nasdem itu juga menyebutkan aliran modal masuk dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) alias Foreign Direct Investment (FDI) pada triwulan II 2021 tumbuh 46,92% (%yoy) dengan nilai USD. 47,27 Jutaan dalam 40 proyek.
Kemudian terkait dengan PDRB, sebagian besar investasi PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ke Kaltim diarahkan pada sektor bahan bakar mineral khususnya industri pertambangan.
Bahkan, Mantan Bupati Kutai Timur itu juga membeberkan, dari Januari hingga Juni 2021, Kaltim telah mencapai total investasi Rp 13,93 Triliun atau USD 954,33 Juta yang disalurkan ke 4.352 proyek yang menyerap 19.018 tenaga kerja.
