SAMARINDA: Pemberlakuan sistem satu arah di Jalan KH Abul Hasan, Samarinda, sejak Rabu 24 September mendapat penolakan keras dari warga dan pelaku usaha. Mereka menilai aturan tersebut merugikan secara ekonomi karena membuat omzet usaha anjlok drastis hanya dalam sehari.

Rizal, pemilik VOC Cafe salah satu penggerak diskusi menyampaikan bahwa kebijakan satu arah langsung berdampak pada roda perekonomian.
“Kami sebagai perwakilan warga Abul Hasan menolak pemberlakuan jalan satu arah. Omzet kami turun sampai 70 persen hanya dalam sehari. Tidak tahu besok akan seperti apa,” ujarnya saat pertemuan warga, Kamis, 25 September 2025.
Rizal menegaskan, sedikitnya 50 pelaku usaha di sepanjang jalan itu sudah menyatakan keberatan.
Mereka menuntut pemerintah mengembalikan sistem dua arah dan parkir miring seperti sebelumnya, atau memberikan solusi lain yang tidak merugikan pelanggan dan pengusaha.
“Kami berharap ada mediasi dengan Dishub, pengusaha, dan masyarakat untuk mencari jalan keluar. Kalau tidak diindahkan, kami siap melakukan aksi sebagai bentuk perlawanan,” tegasnya.
Keluhan senada disampaikan Diah, pemilik Sari Madu Bakery, yang omzet usahanya turun drastis akibat pelanggan kesulitan parkir.
“Kami bukan menolak kebijakan pemerintah. Tapi kenyataannya, penjualan langsung turun tajam. Roti yang tidak laku harus dibuang karena tidak bisa dijual keesokan hari,” jelasnya.
Diah menambahkan, keluhan datang bukan hanya dari pemilik usaha tetapi juga dari pelanggan.
“Follower media sosial kami ada 30 ribu, banyak yang mengeluh tidak bisa mampir karena sulit parkir,” katanya.
Selain toko roti, usaha lain seperti bengkel, toko ponsel, hingga rumah makan di sepanjang jalan juga merasakan dampaknya. Sebagian besar pemilik usaha mengaku omzet harian mereka turun hingga 70 persen.
Dalam pertemuan tersebut, warga dan pelaku usaha menyampaikan beberapa usulan, di antaranya membatalkan pemberlakuan satu arah, mengembalikan sistem parkir miring, serta membuka ruang mediasi.
Mereka berharap aspirasi tersebut bisa diterima pemerintah demi keberlangsungan usaha sekaligus nasib karyawan yang menggantungkan hidup di kawasan Abul Hasan.
“Kami berikhtiar, tapi juga butuh dukungan pemerintah agar bisnis di Abul Hasan tetap hidup. Banyak karyawan yang menggantungkan rezeki di sini,” tambah Diah.
Lurah Pasar Pagi, Noormansyah, mengatakan pihaknya akan meneruskan aspirasi warga ke tingkat kecamatan dan Dinas Perhubungan Samarinda.
“Ada enam RT dan puluhan pelaku usaha yang terdampak. Semua keluhan ini akan kami sampaikan. Kami hanya pemangku wilayah, keputusan ada di atasan,” ujarnya.
Noormansyah juga menegaskan, Pemkot sebelumnya memang telah melakukan rapat koordinasi dengan pihak kecamatan dan RT terkait wacana satu arah.
Namun, warga mengaku tidak pernah mendapat sosialisasi langsung dan hanya mengetahui dari media atau plang rambu yang terpasang di jalan.
Hingga kini, warga dan pelaku usaha Jalan Abul Hasan masih menunggu tindak lanjut dari Pemkot Samarinda. Mereka berharap kebijakan satu arah bisa ditinjau ulang agar tidak semakin menekan roda ekonomi lokal.